Iip Fariha
5 min readDec 21, 2020

--

Menemukan Diri dalam Jurnal Gambar

#masihtentangjurnaling

Menggambar adalah aktivitas yang menyenangkan dan biasa dilakukan sejak kanak-kanak oleh hampir semua orang. Semua orang dapat melakukan tugas menggambar.

Menggambar pada awalnya adalah cara mengkomunikasikan pikiran tanpa kata, ketika kosa kata masih terbatas pada anak-anak, gambaran dalam pikiran lebih mudah dicetak secara visual. Anak-anak menangkap gambaran realitas, imajinasi dan kreatifitas secara spontan. Mereka tak pernah takut menggambar dan tidak terkungkung oleh aturan akademis seperti dimensi ruang atau perspektif.

Menggambar juga merupakan ekspresi seni dan bagian dari ruang kreativitas yang tak perlu dibatasi oleh aturan yang terlalu kaku. Namun saat dewasa, Banyak dari kita mulai kehilangan spontanitas, menggambar menjadi sesuatu yang hanya dilakukan bagi yang menguasai teknik dan kepekaan visual.

Memang beberapa keterampilan gambar dapat dilatih secara akademis, walaupun banyak orang dikatakan memiliki bakat khusus dalam kemampuan dan kepekaan visualnya. Menggambar dapat menjadi kegiatan rutin seperti jurnal pagi hari atau saat luang untuk tujuan beragam.

Ada banyak jenis gambar dan jurnal gambar yang dikerjakan orang. Gambar seniman dihargai karena aspek seni/unsur keindahan pada karyanya. Gambar ilustrasi sering dipergunakan dalam buku untuk tujuan komunikasi visual, media belajar atau pelengkap narasi. Jurnal gambar dapat saja mengandung unsur ilustrasi, komunikasi visual pelengkap narasi, juga sebagai karya seni yang menekankan pada harmoni dan keindahan karya.

Jurnal seni adalah buku harian visual; menggabungkan elemen menulis, menggambar, melukis, kolase, dan bahkan seni grafis untuk mengekspresikan diri. Termasuk kehidupan sehari-hari, serta harapan, impian, dan ketakutan. Satu halaman sering kali menggabungkan kata-kata dan ilustrasi untuk memberikan gambaran tentang apa yang terjadi di dalam kepala. (https://mymodernmet.com/art-journal-ideas/

Sebagaimana kegiatan jurnaling yang dilakukan untuk menuliskan pikiran atau gagasan dan perasaan pada kertas,menggambar juga dapat mewakili suasana batin dan proses kognitif yang terjadi. Jurnaling gambar menekankan proses menggambar itu sendiri. Menggambar haruslah menyenangkan, karena itu jangan khawatir dengan hasil gambarnya. Tidak perlu sempurna untuk melakukannya karena kita tidak sedang berlatih sebagai ahli gambar. Mungkin hal ini akan sangat berbeda, saat Anda sedang melakukan jurnal gambar dengan target menjadi seorang ilustrator, sebagai mahasiswa desain atau seorang tukang gambar.

Menggambar dalam jurnaling ini dapat melatih spontanitas, kepekaan dan eksplorasi serta menjadi bagian dari proses healing, maka keindahan hasil gambar tidaklah terlalu penting. Ini bukanlah gambar seni, ilustrasi ataupun karya teknis, visualisasi atau media pembelajaran.

Tujuan jurnaling menggambar untuk pemula dapat juga dipergunakan untuk melatih keterampilan visual motorik saja. Lebih lanjut dapat melatih kemampuan observasi, yaitu mengamati detail garis, shading, bentuk (alis, mata, hidung, mulut,rahang ) dan posisi muka.

Dalam jurnaling, yang menjadi salah satu tujuan penting adalah menemukan diri. Tugas kita adalah mengenal diri sendiri. Mencatatkan atau menggambarkan apa yang ada dalam pikiran, rasa dan dorongan yang dapat diekspresikan melalui gerak motorik tangan.

Bila kita memilih bentuk gambar bebas, selain kemampuan teknik yang dilatih, ada juga aspek imajinasi dan kreativitas. Hasilnya adalah coretan, bentuk, warna atau ekspresi emosi dari figur serta bagaimana hal itu dituangkan dalam kertas atau media gambar dengan alat-alat gambar yang cocok.

Gambar ekspresi dari Potret Diri

Saya memilih untuk menggambar ekspresi melalui potret diri. Menggambar ekspresi dapat juga dilakukan dengan meniru potret orang lain atau gambar ekspresi karya orang lain. Gambar ekspresi memiliki tingkat kesulitan tersendiri, baik secara teknis maupun bila dipergunakan dalam proses reflektif dan healing.

Dalam pandangan art therapy sendiri, memang banyak teknik terapi selain menggambar potret atau ekspresi. Kegiatan healing melalui media visual motorik juga termasuk melukis, meronce, mematung, melukis topeng, menggambar mandala dan sebagainya. Maka selain menggambar, kita dapat memilih atau melanjutkan eksplorasi pada jenis aktivitas visual motorik lainnya yang tidak kalah seru.

Menggambar potret dapat menjadi media mengenal emosi dan kondisi psikis dari waktu ke waktu. Teknik ini terbukti — dalam literatur yang diterbitkan oleh Journal of the American Art Therapy Association — mampu menurunkan stres dengan menurunkan kadar kortisol dalam darah dan membuat lebih rileks. Menggambar digerakkan oleh dua belahan otak sehingga dengan menggambar seseorang sedang membangun koneksi dan integrasi otak kiri dan kanan dan menjadikan kita mampu bertumbuh dan lebih terintergrasi antara body, mind and soul. “Hasil studi awal menunjukkan bahwa menciptakan seni meningkatkan aliran darah yang signifikan pada korteks prefontal medial, wilayah di otak yang berkaitan dengan merasa dihargai dan emosi positif,” jelas Martin, mengutip studi 2017 yang dipublikasikan dalam The Arts in Psycotherapy.

Media dan Teknik

Ada banyak pilihan media dan alat gambar yang lebih menantang seperti kain, kanvas dengan cat minyak, acrilik, spidol, dll. Saya sendiri hanya menggunakan pensil 2B di atas kertas sckethbook.

Menggambar ekspresipun ternyata banyak sekali pilihannya. Lebih populer orang menggambar kartunal, mangga atau karakter. Tentu menyenangkan bagi kita untuk dapat membuat gambar ekspresi yang lebih kompleks dari sekedar gambar emoticon. Namun semuanya sekedar pilihan minat dan kreatifitas. Yang paling utama adalah, melakukannya dan berproses untuk menyelami setiap ragam emosi ini dengan baik. Menggambar menjadi menarik, karena kita juga belajar mikro ekspresi yang diwakili oleh muka dan secara lebih detil pada bentuk alis, mata, mulut dan rahang, sedikit gerak cuping hidung dan posisi kepala.

Pengenalan emosi walaupun bersifat universal, karena cetak-emosi-dalam-tubuh-kita- namun belum menjamin kita mampu menggambarnya kembali. Saya mencoba memontret diri sendiri/selfie, kemudian melakukan observasi untuk menangkap detil tanda emosi di muka untuk digambarkan kembali.

Menggambar potret juga sama dengan melakukan proses reflektif, yang dalam psikodrama dikenal dengan istilah mirorring. Mirorring, Anda dapat mengenal-istilah-dalam-psikodrama- adalah salah satu teknik yang dapat kita lakukan untuk tujuan membangun kesadaran diri/self awareness serta kemampuan empati pada orang lain.

Kita dapat menyelami rasa dan pikiran yang muncul saat berdialog. Dialog dalam jurnal gambar adalah saat kita menggores alat tulis untuk menggambar potret dengan ekspresi yang berbeda-beda. Melalui gambar potret-diri-proses kreasi dan reflektif terjadi secara simultan.

Proses koginitif terjadi saat mengabstraksi esensi dari tanda emosi yang berbeda, melakukan observasi yang detil pada perubahan dan perbedaan setiap gerak mulut, pupil yang melebar atau menciut, alis yang terangkat atau terkulai. Aktivitas ini terjadi pada belahan otak kiri yang menganalis, pada saat yang sama, terjadi proses pada belahan otak kanan yang peka pada intuisi dan visual. Terbukti menggambar mengintegrasikan kedua belahan otak ini dengan baik.

Secara teknis, Anda dapat saya sarankan untuk mengeksplorasi contoh-contoh gambar yang tersebar di media, panduan yang juga banyak di yutube serta situs desain dari ahlinya, seperti https://indonesiamendesain.com.

Ativitas ini dapat dilakukan mandiri sebagai alternatif jurnaling naratif. Namun bila Anda memerlukan bimbingan dalam bentuk terapi menggunakan gambar dan seni yang lebih serius, sebaiknya Anda mencari seorang Psikolog atau Terapis yang ahli di bidang Art Therapy.

Selamat bereksplorasi!

Bandung, 21 Desember 2020

--

--

Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama