Menulis Jurnal, Seni Merancang Hidup Bermakna
Menulis jurnal mampu membawa hidup lebih baik setiap hari, lebih bahagia dan bermakna.
Menulis jurnal bukan hanya hal kecil yang Anda lakukan untuk menghabiskan waktu, untuk menuliskan kenangan Anda — walaupun bisa — ini adalah strategi yang telah membantu orang-orang yang cerdas, kuat, dan bijaksana menjadi lebih baik dalam apa yang mereka lakukan. Sebuah kata pengantar dari tulisan seni menjurnal dalam pandangan Stoic ini saya kutip, merupakan kalimat penting agar kita memulai sebuah aktifitas menulis jurnal sebagai hal penting dalam hidup. Situs tersebut dapat menjadi referensi yang baik bagi Anda yang memulai untuk melakukan jurnaling atau menulis jurnal.
Kegiatan Berpikir Reflektif
Menulis jurnal adalah kegiatan berpikir yang mendalam, sebuah proses reflektif atau perenungan tentang hal-hal yang terjadi dalam hidup. Proses ini tentu akan melibatkan ingatan, persepsi, pengalaman, penghayatan, proses berpikir, evaluasi dan juga mengambil keputusan. Bila hal ini menyangkut masa lalu atau sesuatu yang telah terjadi, maka menulis jurnal dapat merekontruksi ulang kenangan buruk, melepaskan ketegangan atau kekecewaan yang pernah terjadi, juga menemukan insight atau hikmah untuk pelajaran dimasa selanjutnya. Bila ini menyangkut hal yang akan datang, menulis jurnal akan memandu seseorang untuk menata diri, sumber daya, membuat rencana dan menimbang berbagai peluang dan kemungkinan sehingga gambaran visual, impian, atau tantangan di masa depan lebih nyata. Bila ini terkait dengan kegiatan saat ini, menulis jurnal merupakan aktivitas produktif tentang implementasi dari agenda sehari-hari. Tentu ini juga sangat penting, karena kita sering memerlukan catatan untuk memandu kita menjalani aktivitas dengan tertib, menuliskan insight yang datang tiba-tiba, mencatat inspirasi atau jurnal pembukuan, pencatatan laporan, atau untuk riset dan kenang-kenangan.
Untuk menulis jurnal, baik terkait dengan kisah masa lalu atau menyusun masa depan, diperlukan suatu strategi. Strategi berpikir untuk menemukan solusi atau merancang gambaran masa depan. Maka tentu akan terjadi proses eksplorasi, membuka wawasan, menemukan daya kreatifitas dan keberanian untuk menerima hal-hal yang tak sesuai dengan harapan sekaligus menemukan kembali motivasi meraih impian. Menulis jurnal seperti ini mungkin dapat saya gambarkan seperti seni merancang hidup termasuk didalamnya proses evaluasi dan menyelesaikan masalah seperti dalam tulisan Jurnal kehidupan sebelumnya.
Otak tidak dapat membedakan apa yang teralami dalam realitas dengan apa yang terbentuk dalam proses berpikir, itulah sebabnya semakin jelas gambaran dalam otak akan dianggap gambaran yang juga terjadi dalam realitas hidup. Untuk membedakan antara hayalan, imaginatif seseorang dengan gambaran impian, sebuah cita-cita yang logis melibatkan strategi dan langkah konkrit yang masuk akal, termasuk rencana A atau rencana antisipatif B dan seterusnya walaupun belum dilaksanakan.
Manfaat Menulis Jurnal
Dengan gambaran diatas, kita dapat menuliskan kembali beberapa keuntungan menulis jurnal, seperti mengembangkan kemampuan berbahasa, meningkatkan daya ingat, fokus pada solusi, mengurangi stress dan tekanan mental, meningkatkan resistensi atau daya lenting menghadapi masalah, meningkatkan kreatifitas dan harapan hidup yang lebih baik di masa depan dan tentu saja merancang kehidupan yang bermakna.
Menulis jurnal untuk tujuan mengelola stress seperti Melatih Monyet dalam Pikiran Kita sudah sempat saya bahas sebelumnya. Menulis jurnal sekedar melepaskan kantong emosi yang membebani diri sering dilakukan pada situasi buruk seperti kondisi mood swing atau depresi. Beberapa teknik seperti puisi dan gambar juga menjadi pilihan seperti Menemukan Diri dalam Jurnal Gambar .
Untuk sebagian orang yang tidak menghadapi masalah kesehatan mental, menulis jurnal juga merupakan tindakan produktif. Isi catatan Jurnal lebih banyak berisi hal-hal kekinian dan catatan kegiatan serta pencapaian diri. Hal ini lebih disukai karena kita memberikan apresiasi pada diri sendiri, menyimpan kenangan untuk masa depan mungkin juga menjadi inspirasi bagi orang lain. Menulis jurnal seperti ini juga dilakukan untuk tujuan jangka panjang, seperti menuliskan sejarah, riset dan membangun insight tentang suatu proses.
Isi Jurnal
Menulis jurnal memberikan gambaran utuh tentang kehidupan kita, masa lalu, saat ini dan rencana di masa yang akan datang. Terkadang orang tidak punya ide, apa yang perlu dipikirkan dan terjebak pada aktivitas rutin yang monoton menulis treker dalam jurnal. Sebagian hanya menuliskan catatan yang memang sudah menjadi kebiasaan atau kewajiban seperti menulis data keuangan, laporan kegiatan, curhat harian, membuat bahan untuk status di medsos. Semua itu memang tetap dapat menjadi catatan perjalanan dan gambaran hidup kita. Namun misi penting dari sebuah jurnal reflektif, adalah memancing proses reflektif itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup dan makna.
Beberapa pertanyaan atau isu untuk melatih kita membuat jurnal dapat saya berikan contoh sebagai berikut :
1. Menuliskan 50 orang yang telah menginspirasi selama hidup berikut kenangan berharga tentang mereka.
2. Menuliskan 100 hal yang ingin disyukuri
3. Menuliskan tempat-tempat yang pernah dikunjungi dan inspirasi yang diperoleh dalam perjalanannya
Banyak orang-orang yang hebat dikenal karena tulisannya. Namun ketika kita menulis jurnal, jangan terpikir bahwa Anda ingin dikenal seolah-olah Anda hebat. Menulis jurnal adalah berbicara tentang diri apa adanya, kita melakukan proses refleksi dan menghadapi hidup yang nyata bagi diri sendiri. Itulah sebabnya kita perlu jujur dan berpikir secara jernih tentang isi pikiran kita.
Tetapi mungkin saja memang pikiran kita dipenuhi hal-hal konyol, negatif dan beracun, itupun perlu untuk disadari, diterima dan dituliskan dalam jurnal yang memang bertujuan untuk melakukan proses penjernihan. Bahwa mungkin suatu saat kita sedang frustrasi dan isi jurnal kita adalah tentang hal-hal buruk, semisal kekecewaan, patah hati, kemarahan. Saya akan memberikan contoh yang dapat mengawali jurnal Anda dengan menuliskan hal-hal sebagai berikut :
1. Orang-orang yang membuatku marah dan apa yang terjadi antara aku dan dia.
2. Kesalahanku selama 2 tahun terakhir ini
3. Menuliskan 10 orang yang ingin kumaafkan
Banyak riset yang membuktikan bahwa jurnal meningkatkan kesejahteraan mental dan membuat pikiran lebih waras. Lebih dari sekedar itu, kita memiliki kesempatan untuk menata ulang kehidupan yang sebelumnya berantakan dan mengembalikannya pada jalur yang kita inginkan, yang lebih membahagiakan, lebih bermakna.
Jurnaling, Murabathah dan Muhasabah
Dalam khasanah Psikologi Islam, kita mengenal istilah muhasabah yang secara sederhana dapat kita terjemahkan sebagai proses evaluasi. Proses ini sesungguhnya juga melibatkan berpikir reflektif dan membuat rencana . Sayangnya kata muhasabah lebih sering mengaitkan kegiatan evaluasi ini dalam konteks tahunan, membuat resolusi awal tahun atau melakukan kritis dan nasehat untuk orang lain.
Menulis jurnal menggunakan media menulis untuk melakukan muhasabah. Hal ini juga dilakukan setiap hari dengan tiga fokus; kemarin, hari ini dan besok. Dalam proses muhasabah kita juga akan menemukan fakta dalam hidup kita tentang masa lalu yang mungkin memalukan, mengecewakan. Para ulama jaman dulu beserta orang-orang shaleh hingga hari ini memiliki kebiasaan untuk selalu melakukan proses evaluasi setiap hari. Mereka merenungkan apa yang terjadi hari itu, bila ternyata ada tindakan maksiat, mereka segera meminta ampun dan jika mereka berdosa mereka segera bertobat saat itu juga. Mereka juga memiliki prinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik lagi dari hari ini.
Dalam buku Teori dan aplikasi psikoterapi ilham AL-Ghazali (DR. Ghozali, S. Psi,.M.Si, 2019), Imam Al-Ghazali memiliki pendapat sendiri tentang proses intervensi Jiwa yang disebut Murabathah. Sesungguhnya jiwa dan hati perlu melakukan komitment ( Murabathah) setiap saat. Komitment ini meliputi beberapa proses, antara lain kesadaran akan kondisi diri yang perlu berubah, menunjukkan sikap mawas diri (mindful/muraqobah) tentang apa yang terjadi dan kemudian melakukan evaluasi diri (muhasabah). Dalam konteks ini, muhasabah juga menunjukkan adanya upaya menghitung, menilai hal-hal yang buruk atau negatif dalam diri dan memberikan hukuman untuk tujuan mendidik diri lebih baik.
Jurnaling menjadi media untuk melakukan proses ini sejak menuliskan secara jujur keburukan diri, membuat program hukuman dan menuliskan sasaran dan target perubahan serta merencanakan program untuk melakukan perbaikan.
“Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. SesungguhnyaDialah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (QS.Azzumar : 53)
Jurnal Syukur untuk Kebahagiaan dan Makna Hidup
Dalam tradisi tasawuf sebagai jalan spiritual, terdapat aktivitas yang dapat diadopsi sebagai teknik psikologi islami untuk melatih pengembangan diri, meningkatkan kesejahteraan mental serta mencapai kebahagiaan. Seligman (1998) pelopor psikologi positif, berpendapat bahwa kebahagiaan itu dapat diperoleh dengan antara lain memiliki ikatan, emosi positif dan makna hidup. Dalam menulis jurnal yang berfokus pada hal-hal positif kita mengenal teknik jurnal syukur (link).
Jurnal syukur melatih kepekaan kita pada kebaikan Allah SWT dan melatih hati untuk terus terkait dengan rasa syukur tersebut. Bersyukur tidak saja tentang hal-hal besar, seperti keberuntungan atau terpenuhinya doa dan harapan. bersyukur justru tentang banyak hal yang sering kita abaikan dan sebenarnya sangat esensial dalam hidup. Seperti merasakan napas, kemampuan melihat dan berfungsinya organ-organ sensorik dan motorik dalam tubuh sendiri hingga menyadari kairannya dengan ketidakmampuan kita mengontrol itu semua tanpa rasa kasih sayang dan pengelolaan yang sangat detil dari Tuhan yang Maha Pemelihara.
Menulis jurnal dengan berfokus pada rasa syukur membuat pikiran kita selalu dipandu untuk berpikir positif dan menemukan hikmah dari apa saja, termasuk hal-hal yang mengecewakan atau tidak kita suka. Berbaik sangka pada Allah yang mengatur semua kehidupan kita dan melepaskan bagian yang bukan menjadi wilayah kewenangan kita, akan mendidik kita untuk pasrah pada sebuah akhir dari usaha yang telah dilakukan. Pikiran dan emosi yang positif ini bukan saja menyehatkan tetapi juga membentuk pola rancangan dalam otak, sebuah mindset tentang masa depan.
Memulai dengan menulis jurnal, kita dapat merekonstruksi kehidupan dan mempersiapkan masa depan lebih baik. Membuat keseimbangan antara sikap sabar ketika menemukan hal-hal yang tidak sesuai dan semangat untuk mengubah keadaan di masa dengan keyakinan diri dan sikap tawakkal.
Bandung, 5 Oktober 2021
Sumber bacaan:
The Art of Journaling, Dailysoic.com
Teori dan Aplikasi Psikoterapi Ilham AL-Ghazali