Quote, Afirmasi dan Doa

Iip Fariha
4 min readJan 15, 2022

--

#jurnaling akhir pekan

@sehatbahagiaindonesia

Saya terkadang membuat quote untuk status di Istagram. Terkadang ada kawan saya yang mencatut kata-kata saya dan dijadikan quote.”Aha, terkadang saya jadi geer, senang, terkadang heran”. Anda juga mungkin termasuk yang sengaja mencari atau membuat quote. Buktinya Anda juga kepo pada judul ini dan semoga saja kekepoan dan waktu membaca Anda bermakna.

Quote adalah kutipan perkataan atau tulisan seseorang. Seringkali berbentuk kalimat singkat yang terkoneksi dengan kehidupan Anda dan lalu membuat Anda bersemangat atau bahkan menjadi terbimbing. Kita banyak mengenal quote umumnya mengambil dari kata-kata orang terkenal yang dikutip orang lain dan dituliskan ulang.

Kalimat quote seringkali berguna bila hal itu sesuai konteks seseorang. Betapa bagus dan hebat sekalipun sebuah kata-kata kutipan, namun mungkin bisa saja hanya tampak sebagai angan-angan, utopia atau kalimat dogmatis. Tetapi begitu kita menemukan konteks yang sesuai, entah pengalaman berharga yang seolah dapat dihimpun dalam kesimpulan sebagai kalimat quote tersebut, serta merta kita menemukan tali yang mengikat makna quote tersebut. Kalimat quote menjadi penyataan yang sangat berharga.

Kita juga dapat menemukan intisari dan tafsiran yang mendalam untuk suatu kalimat quote. Lalu kita mengingatkan sebagai menjadi kalimat afirmasi; kalimat yang menguatkan dan sering kita ulang atau kita catat baik secara tertulis maupun dalam ingatan kita. Lama-lama kalimat itu menjadi seperti matra, doa, harapan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan. Sikap dan pandangan kita dapat dibentuk oleh quote tersebut. Quote saya rasa dapat menjadi belief system yang diyakini kebenarannya.

Kalimat afirmasi juga dapat kita kutip dari sumber resmi kitab suci atau kata-kata Nabi saw yang statusnya menjadi sunah atau sumber hukum dalam kehidupan kita. Namun terkadang kita bisa sangat dangkal dalam memaknakan Firman Tuhan atau bahkan dapat menimbulkan salah kaprah bila tidak disertai ilmu yang memadai untuk memahaminya. Asal mengutip saja dapat menjadi berbahaya bila cara kita menerapkan petunjuk tersebut tidak disertai bimbingan dari otoritas atau pemilik sunah tersebut. Sunah adalah perkataan dan perbuatan seseorang, bila kita mengikuti sunah Nabi saw, tentu kita harus merujuk pada siroh nabawiyah (selain ilmu hadist dan petunjang lainnya) untuk dapat memahami dan melaksanaan sunah tersebut. Bila kita mengutip kata-kata seorang figur yang kita kagumi, tentu perlu dipastikan kita memahami bagaimana kehidupan dan tindak tanduk orang tersebut, minimal dalam membuktikan bahwa kata-katanya senada dan seirama dengan apa yang disampaikan.

Penting untuk kita menemukan figur yang tepat, ketika kita mencatut suatu quote. Karena kata-kata yang kita kutip tersebut tentunya datang dari suatu penghayatan dan pengalaman serta keilmuan yang mengkristal menjadi kata-kata personal tersebut. Saya paling senang mencari kalimat puitis dari Rumi. Terkadang saya mencari kata-kata dengan kata kunci yang saya inginkan, sambil merenungi bagaimana hal itu relevan dan mungkin dapat membawa saya pada pemahaman pada kalimat tersebut.

Tentu ini adalah tafsiran personal yang bisa sangat subjektif, tetapi jauh lebih aman daripada kita mencoba mengutip kalimat dari alquran tanpa pemahaman tafsir yang sahih. Bukan berarti tak boleh kita menjadikan quote dari kitab suci, tentu saja kitab suci tingkatan kebenaranya absolut dan tak kita ragukan. Hanya saja perlu konteks dan figur otoritas yang membantu kita memastikan penggunaannya secara tepat. Lagipula, kutipan kitab suci lebih sering kita gunakan dalam kajian resmi keagamaan atau dalam konteks aktivitas pengajian dengan audien yang spesifik. Itulah sebabnya saya tidak sering mengutip ayat quran, bukan tak mengingatnya, tetapi agar pembaca umum tidak menjadi ekslusif dan terkesan digurui atau menjurus pada bahasa dogma dan keyakinan agama- yang tentu saja tidak seluruhnya mudah dicerna bagi yang tidak familiar.

Dalam hal ini, pembicaraan saya akan lebih mudah dibuat receh saja namun memiliki kandungan makna dan penghayatan yang dalam sebagai pengalaman yang cukup layak dibagikan.

Salah satu sumber quote yang berkesan bagi saya, diperoleh ketika berdialog dengan kakek saya almarhum, KH.”Mama” Khudori. Ketika itu saya sowan pasca menikah dan memang dengan sengaja meminta nasehatnya. Mama ( atau Mama Ajengan adalah sebutan para satri untuk orang tua/guru yang dihormati) sudah sangat sepuh/tua dan sangat jarang berbicara. Jadi saya dan suami mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakannya. Saya masih mengingat dan akan mengutip kata-kata beliau ( dalam bahasa sunda) yang super singkat itu-saya sudah terjemahkan dalam bahasa indonesia, agar mudah dipahami.

“Suami dan istri itu seperti tangan kanan dan tangan kiri. Tangan kanan tak pernah minta tolong pada tangan kiri ketika ia kerepotan. Sebaliknya tangan kiri tak pernah menunggu diminta saat tangan kanan membutuhkan bantuan”

Lalu saya meminta Mama mendoakan saya, seperti biasanya beliau malah menyuruh saya untuk berdoa sendiri, alasannya tentu karena orang tua selalu mendoakan walau tak diminta. Doa itu saya rasa disusun sendiri oleh Mama, saya tak pernah menuliskannya sebelum ini. Ketika itu Mama mengulangnya hingga saya hapal. Saya terjemahkan agar Anda yang tak mengerti bahasa arab dapat memahaminya.

“ Ya Allah, satukanlah hati kami dan berilah kami petunjuk pada jalan keselamatan. Jauhkanlah kami pada perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Berkahilah penglihatan, pendengaran, juga pasangan dan keturunan kami. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang”.

اللهم الف بين قلو بنا واهدنا سبل السلام ,وحنبنا الفواخش ما ضهر منها وما بطان وبارك لنا في اسما عنا وابصا رنا وازواجنا وذريا تنا وتب علينا انك انت التواب الرحيم

(Allahumma allif baina kulubinaa wahdinaa subulus salam, wajannibnal fawakhisya maa dhoharo minha wamaa bathon wa barriklana fii asma inaa wa absoorinaa wa azwaajinaa wa zurriyyatinaa watub alaina innaka anta tawwabu rahiim)

Hanya itu yang beliau sampaikan, selebihnya kami hanya bicara receh lain tentang makanan, dan kegiatan sehari-hari, malah terkadang kami ditinggal tidur.

Wejangan beliau itu tentu menjadi panduan bagi saya, saya jadikan doa dan afirmasi dalam menjalani kehidupan berkeluarga juga tentang bagaimana kami mensikapi berbagai hal yang terjadi dalam relasi pernikahan. Bahkan mungkin hal ini pula yang membuat saya menemukan seberkas cahaya ketika memberanikan diri menjadi konselor keluarga.

Quote akan sangat powerful saat kita sendiri mengalami dan menghayati pada konteks kehidupan kita yang nyata dan relevan. Semoga Anda dapat menemukan titik-titik hidayah Tuhan melalui kata-kata yang singkat, padat, bermakna, mudah diingat namun dahsyat yang kita temukan dimana saja, walaupun hal itu datang secara tak terduga. Ikatlah maknanya dengan menuliskannya dalan jurnaling seperti ini.

Bandung, 15 Januari 2022

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet