Meminjam Pedang Mulan

Iip Fariha
6 min readFeb 14, 2021

--

Belajar Lebih Mencintai Diri Sendiri.

#ngobrolasyikpsikodrama

Mulan 2020

Perutku belum sempat diisi siang itu, karena waktunya sedikit berkejaran dengan akhir sesi seorang klien yang kuduga Burnout. Tidak masalah, hidup memang demikian, kita selalu memiliki banyak masalah, kekhawatiran, berjibaku dengan banyak urusan sehingga sangat terasa lelah dan pikiran waras kita kadang terbajak oleh kondisi emosi yang sudah membanjiri seluruh proses mental kita. Kuputuskan meminta ijin untuk telat masuk ke Zoom, hanya ada 10 menit lagi kesempatan bagiku.

Setelah memastikan bahwa ada makanan untuk makan siang keluarga, aku shalat dulu dan membawa sepotong kue dan secangkir teh hangat ke ruang lain, dimana aku terhubung dengan 53 orang peserta psikodrama hari ini. Saya duet bersama seorang praktisi psikodrama lain,Retmono Adi. Temanya pilihan Mas Didik, Psikodrama dapat membantu “lebih cinta” menjadi diri sendiri. Point utamanya adalah cinta, mungkin karena ini bulan februari dan banyak orang mengira hanya tanggal 14 februari waktu yang tepat untuk merayakan cinta. Oh saya tak terlalu ambil pusing dengan perbedaan dan perdebatan soal momen yang memang bukan budaya lokal indonesia juga. Sekiranya hari ini aku dan Didik bisa berbagi kebahagiaan dan cinta, tentu dunia kita akan makin damai dan sejahtera. Setuju?. Akupun merasa santai saja, memandu acara dengan selingan minum teh hangat dan sepotong lapis legit kiriman teman. Makan siang sambil menikmati energi cinta yang luar biasa, sungguh momen cinta yang romantis.

Psikodrama itu sederhana saja, mulai dengan warming up lalu action lalu reflection. Aku sudah pernah jelaskan hal ini pada beberapa tulisan, bila masih bingung juga, silakan belajar lagi bagaimana melatih membuat Skenario Psikodrama.

Banyak orang memahami warming up sebagai ice breaking, pemanasan, apapun namanya. Tujuan utamanya adalah menciptakan rasa aman berada di lingkungan grup yang beragam, mengenal anggota yang hadir, kalau bisa dapat saling menyapa dan menceritakan latar belakang masing-masing sehingga satu sama lain merasa menjadi bagian dari grup. Aku tau tawaran webinar kali ini akan disambut banyak orang, karena itu kupersyaratkan pernah ikut sebelumnya, agar mereka sudah terbiasa dengan situasi grup. Meskipun hal itu tak pernah menjadi penjamin. Setiap grup adalah grup yang berbeda.

“Jadi, apakah warming up Sederhana?”

Terkadang tidak mudah, selalu ada orang yang merasa malu, takut, khawatir dan merasa tak aman. Grup psikodrama hanya dapat tercipta bila kita bersedia untuk membuka diri, membuang sikap menghakimi orang lain, spontan dan merasa nyaman untuk jujur pada diri masing-masing. Grup psikodrama diciptakan dengan komitmen untuk saling menjaga rahasia, kalau bisa tidak jaim, tapi juga memberikan kesempatan semua orang untuk memilih apa yang ingin dilakukannya tanpa khawatir dinilai buruk orang lain.

Didik selalu saja mengingatkan dengan matranya “boleh salah”. Tidak apa-apa salah juga, nanti kita ulang dan coba lagi kalau mau diubah. Tidak apa-apa jelek atau kelihatan ngawur, makin ngawur dan salah makin banyak belajar.

Ayo buatlah pose pohon, o ya, tanganmu jangan di depan semua, buat gaya aneh atau yang belum pernah kamu lakukan, coba lagi, naah itu bagus. Namanya juga bermain peran, kita mainkan saja. Kita memang sedang berpura-pura menjadi pohon, jadilah pohon yang lain. Begitulah, kalau sudah mulai ada yang bergaya kurang spontan, Didik akan berubah menjadi pengarah gaya, “Dasar pelatih teater,”pikirku.

Aku terkadang mengikuti gayanya, lebih sering aku bikin warming up yang lebih sederhana , sekedar say helo, ngobrol ngalor ngidul atau malah sengaja menampilkan simbol-simbol tertentu yang sebetulnya dapat menjadi bahan asesmen kondisi psikis seseorang. Ah sama saja sih, yang penting orang nyaman dan hepi.

Aku meminta peserta untuk menunjukkan benda yang paling sering mereka bawa kemanapun, dan sesuatu yang membuat mereka nyaman, dengan ekspresi mukanya tertentu. Aku meminta mereka dalam hitungan ke tiga, “freeze!” dan jepret, jepret aku memotretnya. Hasilnya terabadikan dalam foto di layar zoom, ini adalah satu bahan untuk proses mirroring dan refleksi lebih lanjut kalau mau.

Peserta juga kuminta untuk mengamati orang lain yang ada dilayar masing-masing dan menandainya. Itu adalah teknik lain yang kuadaptasi secara online. Mungkin temen-temen yang pernah mengikuti dan belajar psikodrama tahu apa tujuan dari hand on shoulders.

Setiap psikodrama, selalu ada tema yang muncul secara spontan. Keadaan gruplah yang menentukan kemana arah psikodrama mengalir. Keahlian konduktor atau sutradara atau pemimpin grup dengan kepekaan dan kelihaian menangkap tema tersebut melalui observasi yang mendalam dari arah dan orientasi grup. Saya ingat ajaran dari Connie Miller, salah satu guru saya. Setiap bentuk dari pola-pola dalam sosiometri yang kita ciptakan akan memperlihatkan suatu simbol. Bila digambar di atas kertas, simbol itu akan membentuk suatu pola geometris dan disana ada simbol yang sangat kuat menjadi pesan dari energi grup. Kata-kata beliau tidak persis seperti itu sih, tapi saya sangat mengingat bagaimana beliau memperlihatkan apa yang dimaksud dengan pola itu. Bila suatu hari nanti kita melakukan teknik sosiometri dalam psikodrama di lapangan terbuka, saya membayangkan menggunakan kamera di angkasa untuk memotretnya.

Aku sudah menangkap simbol cinta yang muncul dengan sangat cepat pada grup ini sejak awal mula mereka freeze pada pemotretan pertama. Mungkin sejak awal memang teman-teman sudah membawa cinta itu ketika mendaftar ya. Terima kasih untuk menebarkan cinta di bulan februari yang indah.

Aku menyerahkan langkah action pada Didik, Aku suka gaya teatrikalnya yang membuat orang merasa aman untuk bertindak paling konyol atau seperti katanya sendiri, berani sinting untuk berkarya. Meskipun aku tak mau ikut sinting dan tetap nyaman dengan mengunyah kue lapis makan siangku.

Action psikodrama itu diciptakan untuk melatih diri kita memahami peran, sederhanakan saja seperti itu. Moreno memang membuat teknik psikodrama dengan dukungan teori peran, yang sudah dianggap jadul dan menjadikan psikodrama sebagai perpaduan antara psikologi dan sosiologi. Masalah utama kita, seringkali kita tak suka dengan peran yang kita mainkan, kita gak suka menjadi anak yang terus dikritik orang tua, gak suka menjadi orang tua yang selalu gagal mendampingi anak yang bandel atau bahkan tak suka menjadi psikolog yang selalu takut ketauan memiliki masalah pribadi. Didik menggantikan peran ini dengan matra barunya, “Jadilah seorang tokoh yang kamu suka dalam film yang kamu sukai!”. Maka kami tiba-tiba saja berada di dunia fantasi festival film-film beken seluruh dunia. Aku bertemu dengan Lufti, Jack, Dono, Clark, Po, dan tentu saja Mulan. ha ha ha…

Mulan 2020

Tentu saja tidak semua orang langsung menyadari bahwa apa yang ada dibalik nama itu hanyalah simbol yang selama ini sering kita tutupi secara sadar ataupun tidak. Terkadang sisi Yin atau Yang kita berusaha di tolak, kita semua memiliki the shadow yang disembunyikan namun lebih nyaman bila diberi konstum dengan jubah yang berbeda. its oke to be you..Mulan.

Maka seperti biasa, Mas Didik dengan tampang konyolnya selalu mampu membuat orang berbagi, siapakan kamu itu wahai Mulan?”, Seperti apa sifat-sifatmu, apakah kamu suka dengan dirimu yang seperti itu, apakah kamu mendapat insight baru dengan berganti peran sebagai Mulan, seberapa kamu menjadi lebih memahami diri dan lalu mencintai dirimu lebih besar lagi, dan seberapa besar perubahan itu terjadi pada dirimu saat ini.

Memainkan Ego, Alter Ego dan membuat pengukuran dengan teknik Spektogram memang mengasyikkan. Aku mendengarkan dan mengamati saja sambil mengunyah potongan terakhir kue yang ternyata sangat cukup untuk makan siang ku hari itu. Ah ya, saya bersyukur pernah belajar dari Kang Asep, mendalami innerchild, konsep Virgnia Satir, dan Hipnoterapy. Andai dalam situasi offline, sudah tentu action kali ini dapat diperdalam sampai tingkat terapi kelompok dengan teknik sosiodrama. Walau demikian, insight dan perubahan rasa cinta tampaknya signifikan bagi kebanyakan orang.

Lagi-lagi aku temukan pola yang makin kuat yang terwakili oleh tokoh Mulan yang penuh cinta dengan pedangnya yang fenomenal. Semoga cintamu mengantarkanmu untuk To be Loyal, Brave, and True.

Oleh-oleh ini juga sudah saya bagikan di fesbuk https://m.facebook.com/story.phpstory_fbid=10208204688270621&id=1704480818

Bravo teman-teman semuanya, sampai jumpa pada grup psikodrama yang akan datang.

Bandung, 14 Februari 2021

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet