Melatih Monyet dalam Pikiran Kita

Iip Fariha
6 min readDec 12, 2020

#masihtentangjurnaling

Photo by Marcos Paulo Prado on Unsplash

Saya setuju dengan apa yang dikatakan Tim Ferriss tentang menulis jurnal. Bahwa menulis tidak serta merta harus menjadi kegiatan produktif, bisa jadi sekedar upaya mengurung monyet yang berloncatan dalam pikiran kita. Hal itu pula yang selalu saya katakan pada klien saya, saat menyarankan mereka mengerjakan jurnal pagi. “Tuliskan saja apa pun yang muncul di pikiran, tuliskan saja apa yang dirasakan dan apa pun yang selama ini selalu mengganggu dan ingin dilepaskan.”

Saya sendiri menulis refleksi yang tidak selalu saya lakukan setiap hari. Karena terkadang, saya mengerjakan agenda rutin lain selain menulis. Menulis jurnal bukan untuk menjadi penulis atau untuk memaparkan ide atau pendapat untuk dipublikasikan dan dibaca orang lain. Saya lebih banyak menulis sekadar meletakkan sebagian gelas yang memberatkan saja, atau memilih gagasan, menuangkan insightyang muncul tiba-tiba. Tetapi dalam hal ini, saya juga menggunakan teknik jurnaling menulis kepada klien saya untuk menjadi aktivitas healing. Tujuannya adalah untuk mengurai pikiran menjadi lebih runtut. Tekniknya sangat sederhana dan mudah, semua orang dapat melakukannya, bila ada yang masih khawatir menulis-apakah-perlu-referensi , Anda tidak perlu pandai menulis, ini bukan perlombaan dan uji level literasi.

Jurnal Healing

Kita dapat melakukan jurnaling kapan saja, tidak perlu berlama-lama, tidak ada target dan tenggat waktu. Menulis dapat dilakukan di mana saja, berapa pun lamanya, selama hal itu membantu dan memberikan manfaat dan tujuan tersampaikan. Beberapa model kegiatan anak jaman now yang dapat saya anggap sebagai jurnaling adalah membuat status baru di medsos, podcast, mengirim gambar ke Ig (Instagram) ataupun memanfaatkan aplikasi seperti Tiktok dan youtube.

Dalam konteks tujuan terapi, jurnal ini penting dilakukan secara teratur, rutin dan bila memungkinkan berada dalam bimbingan terapis. Namun bila pun tidak, jurnaling tetap memberi efek healing dan bermanfaat. Menulis adalah jurnaling paling sederhana yang dapat kita lakukan.

Kita tak perlu memikirkan seperti apa kalimatnya, tidak perlu runtut, sesuai aturan tata bahasa dan tata tulis yang benar, jurnaling menulis tetap dapat dilakukan. Apa pun yang dituliskan itupun valid dan benar, sebab semuanya nyata dalam pemikiran dan alam kesadaran yang menuliskannya.

Menulis memang juga merefleksikan tentang diri sendiri sehingga sebagian orang masih merasa takut untuk melakukannya. Takut mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya, atau mungkin juga terlampau njlimetsehingga memang sulit untuk diuraikan. Sebagian orang khawatir penilaian lingkungan. Walaupun mungkin belum siap menerima respons lingkungan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Kawan saya, Mas Didik, yang mendorong banyak orang untuk memublikasikan apa isi pikiran yang telah dituliskan dalam jurnalnya. Ia menuliskan beberapa manfaat menulis dalam blognya yang terkumpul berbagai tulisan jurnaling dan refleksi untuk healing. Tulisan itu lantas dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Banyak sekali orang yang terkadang memerlukan alasan lebih spesifik dan logis mengapa perlu menulis. Bahwa menulis jurnal yang isiya tidak enak dibaca pun dapat sangat bermanfaat, setidaknya untuk yang menuliskannya.

Pernah suatu waktu saya membaca suatu tulisan yang tidak karuan, bacanya melelahkan, gagasan meloncat-loncat dan pada akhirnya tidak mampu menyampaikan apa yang sebenarnya ingin dia tuliskan. Didik menjawab komentar saya, “Membacanya saja sudah susah, apalagi dia yang menuliskannya, tentu lebih berat lagi untuk dia. Tidak mudah memiliki pikiran yang ruwet itu.”

Itu benar adanya. Terkadang kita hanya melihat segala sesuatu dari kebutuhan dan harapan diri sendiri. Orang berharap, isi tulisan yang asyik dibaca dan mendapat manfaat dari hasil olah pikir orang lain secara instan. Dalam aktivitas jurnaling, tidak selalu gagasan dan cara menulis sesuai dengan teori literasi. Menulis bisa saja sekadar menuangkan isi kepala yang mulai membludak, atau pemikiran yang kacau dan kotor. Daripada Anda menyimpannya, mengeluarkannya dapat menjernihkan dan membuat hidup lebih lapang.

“Apakah Anda setuju membuang kotoran di tempatnya, atau lebih suka membiarkan isi kepala Anda bagai oblok-oblok?

Tidak heran bila kita membaca tulisan di dinding medsos, seringkali isinya campur aduk. Hal-hal yang membuat frustrasi, kemarahan, kekecewaan, kegembiraan dan hal-hal mengerikan bercampur dengan dukungan, doa, harapan dan lain-lain. Medsos adalah tempat monyet-monyet berkeliaran. Kita tak perlu berharap menemukan semua monyet itu dalam keadaan terlatih, memiliki tata krama dan berkelas. Sebagian besar mungkin memang monyet-monyet itu pada dasarnya nakal dan mengganggu pemiliknya sehingga dibebaskan ke alam liar.

Monyet Liar ke Medsos

Walaupun terkadang banyak orang yang terganggu oleh monyet liar, kita dapat memilih untuk membiarkan kehidupan alam bebas menemukan jalannya. Setiap orang sedang berada di ruang terbuka, medsos seperti hutan belantara. Tidak semua orang mampu menjadi petunjuk jalan dan atau mengerti jalan yang sedang ditempuhnya. Bagi yang waras dan logis, lebih mudah menggunakan jalur dan manfaat dari sebuah media. Namun bagi yang sedang berproses pun, medsos menjadi salah satu media proses perjalanan. Tidak mudah menerima bagaimana membingungkannya saat tersesat di jalanan.

Itulah sebabnya jurnal healing perlu dipandu agar menjadi lebih terarah dan pemikiran yang liar menemukan jalannya. Walaupun Anda tak bertemu dengan terapis atau tidak ada teman curhat, menuliskan semua hal yang menganggu dan membuangnya di atas kertas tetap dapat menolong perasaan Anda lebih nyaman.

Kertas berbeda dengan medsos. Saya tidak menyarankan membuang monyet nakal ke jalanan medsos karena mungkin Anda akan kena semprot polisi dan para pejalan lainnya. Lagipula bisa jadi si monyet akan terus berkeliaran dan semakin tersesat di jalanan rimba pemikiran yang tak berujung.

Tulisan jurnal cukup sebagai refleksi diri. Aktivitas healing diarahkan untuk memandu kita mengatasi masalah. Menumpahkan pikiran negatif dan menyisakan hal yang positif akan membuat pikiran lebih jernih. Mungkin tulisan jurnal semacam ini akan berisi tentang kegetiran hidup, kekecewaan, rasa frustrasi dan bahkan pikiran delusi dan fantasi saja. Bisa juga tentang luka batin, kemarahan dan rasa sakit yang belum siap Anda lepaskan. Terkadang ada klien saya bahkan tak berani menuliskannya karena ketakutan terhadap apa yang ada dalam pikirannya terbaca orang lain. Walaupun saya katakan bahwa tulisan itu bukan untuk orang lain, bukan untuk terapis. Tulisan jurnaling healing tidak perlu ditanda tangan dan apalagi dipublikasikan. Anda juga tidak akan ditolak karena menulis dengan buruk dan menumpahkan sampah pada kertas.

Well… seperti kata Anne Frank, kertas jauh lebih sabar daripada orang. Jadi tunggu apa lagi. Ayo menulis saja di atas kertas, bila Anda takut ada yang membacanya atau bahkan Anda tak mau melihatnya lagi, Anda tinggal sobek dan membuangnya ke tong sampah daur ulang.

Berkat catatan diary Anne, kita mengenal pergulatan batin dan situasi yang terjadi dijamannya, masa Gestapo NAZI Jerman tahun 1944. Sebuah penanda sejarah yang sangat penting bagi manusia dan kemanusiaan kita di masa selanjutnya. Mungkin tulisan Anda akan bermanfaat juga bagi orang lain.

Menata Pikiran dan Memantau Intensitas Emosi

Saat pikiran lebih jernih, mungkin tulisan pun akan lebih tertata dan dapat mengarahkan pemikiran yang lebih positif. Karena itu, menulis akan menjadi lebih sehat secara mental. Dalam proses terapi, menulis jurnal dengan sengaja memilah pikiran yang muncul menyertai kondisi emosi dan respons fisiologis. Bahkan kita dapat membuat skala level intensitas emosi dan pikiran negatif yang secara subjektif dapat memunculkan kesadaran diri dari efek balik penilaian tersebut. Lebih mudah menata sesuatu yang kita tempatkan dalam bingkai yang terukur dan membuat proses perubahan perilaku akan lebih dapat terintegrasi melalui kesatuan pikiran, perasaan dan respons ketubuhan. Body, mind and soul akan lebih terintegrasi menuju kesejahteraan dan kesehatan jiwa yang paripurna.

Ketika menulis, terkadar pikiran positif dan negatif bercampur baur. Dengan berfokus pada pikiran yang positif akan memberikan suasana batin atau emosi yang lebih kondusif. Ketenangan dan stabilitas emosi jauh lebih mudah dikendalikan dalam situasi yang teratur dan positif. Kualitas hidup kita pun dapat meningkat ke arah pertumbuhan diri, produktivitas dan kebahagiaan.

Bonus Berbagi

Ketika tulisan itu dibaca orang atau dengan senang hati dibagikan, tulisan juga membangun koneksi dan relasi yang lebih luas dan bermakna. Menulis adalah juga berkomunikasi, membangun relasi dan terkoneksi. Baik komunikasi itu terjadi pada level pribadi, seperti aktivitas self-talk yang akan memandu seseorang untuk lebih sadar diri terhadap kondisi kehidupan dalam dirinya. Yaitu mengenai yang terjadi dalam diri, meliputi dorongan, emosi, motivasi diri dan nilai-nilai akan lebih jelas terbaca dan membangun keutuhan spiritual dan transformasi diri. Menulis merefleksikan dorongan-dorongan, kecemasan, ketakutan, harapan dan kekecewaannya.

Ketika hasil tulisan dikomunikasikan pada publik, penulis dapat belajar untuk berdamai menerima respons lingkungan. Lingkungan mampu memberikan tanggapan sehingga gagasan, pemikiran, perasaan akan teruji dalam kenyataan dan realitas sosial. Benturan kepentingan, kebutuhan personal perlu dikomunikasikan dengan situasi yang nyata. Menulis dapat membuat orang hidup lebih realistis dan terkoneksi dengan dunia dimana kita berada.

Indikator kesehatan dapat kita lihat pada kejernihan berpikir, ketenangan diri dan kesehatan fisik, juga relasi sosial yang baik. Bila jurnal kita sudah mulai berisi hal-hal positif, ada baiknya kita beralir untuk membuat jurnal syukur. Akan saya bahas nanti.

Selamat menjurnal!

Bandung, 12 Desember 2020

--

--

Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama