Jurnal Syukur

Iip Fariha
5 min readMar 5, 2021

#masihtentangjurnaling

Photo by Zac Durant on Unsplash

Badan Pusat Statistik Nasional mencantumkan indeks kebahagiaan orang indonesia pada setiap provinsi. Data pengukuran tahun 2014 dan 2019 menunjukkan angkanya meningkat. Kita tidak pernah tahu bagaimana tingkat kebahagian orang indonesia pada tahun 2020 ketika pandemi melanda. Semoga tidak menurun meskipun bila dibandingkan dengan indeks kebahagian warga dunia, Indonesia berada pada rangking rendah. Mengacu pada situs berita negara-paling-bahagia yang bersumber dari data yang dilancir oleh PBB, negara yang selalu paling bahagia adalah Norwegia, Finlandia dan Islandia. Pada tahun 2020, konon kebahagian orang Indonesia berada pada posisi ke 84. Alasan utamanya terkait dengan pendapatan penduduk, tingkat harapan hidup sehat, dukungan sosial dan lain-lain.

Ukuran kebahagian (indeks happiness) di dunia selama ini meliputi penilaian terhadap aspek eksternal seperti iklim, lingkungan fisik, kondisi politik, dan interaksi manusia. Menurut saya, ada banyak alasan lain untuk tetap merasa bahagia dan puas. Sehingga melihat data tersebut, tidak perlu membuat kita tidak bahagia, karena bisa saja penilain tersebut tidak akurat. Setidaknya sidang pembaca memilih untuk menjadi warga indonesia dan warga dunia yang bahagia.

Kebahagiaan yang kita bicarakan dapat kita ukur pada level individu sampai global. Yang menarik adalah indeks pengukuran di Indonesia dilakukan dengan mempertimbangkan tiga dimensi; Kepuasan hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect) dan Makna Hidup (Eudaimonia).

Kebahagiaan autentik dalam kajian psikologi positif memiliki indikator lebih banyak, selain tiga dimensi tadi disertakan juga aspek kekuatan ikatan (engagement), Relasi sosial serta pencapaian hidup. Kebahagian mungkin memang dinilai secara subjektif karena dikatakan merupakan hasil penilaian diri atau identifikasi yang menumbuhkan kekuatan yang mendasar pada aspek-aspek tersebut secara terintegrasi. Kepuasan hidup merupakan suatu kondisi emosi positif terhadap masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Meliputi juga ikatan (Engagement) dengan kegiatan positif dan menyenangkan yang menumbuhkan karakter tertentu pada diri yang bersangkutan. Makna hidup mencakup memiliki tujuan hidup dan dapat memaknakan kehidupannya, termasuk mampu mensyukuri apa yang sudah diperoleh, dan apa yang sudah dilalui.

Psikologi positif sangat mendorong orang untuk menuliskan sudut pandang kejadian dari sisi yang positif, memberdayakan dan memberikan harapan. Menuliskan hal-hal yang baik yang terjadi pada diri sendiri, merincinya semakin detil membuat kita mengerti bahwa lebih banyak hal baik yang kita miliki atau kita terima. Dalam upaya ini, kegiatan jurnal syukur menjadi sangat relevan. Kita dapat melatih diri mengamati dan menyadari anugrah alam, Tuhan dan sesama manusia di sekeliling kita. Lebih lanjut kita juga dapat mendorong diri untuk mengungkapkan rasa syukur pada Tuhan, juga ucapan terima kasih dan mengapresiasi balasan kebaikan dari orang lain, atau bahkan dari alam semesta ketika kita telah melakukan tindakan positif terhadapnya. Kebaikan orang lain yang patut kita catat dan kita syukuri itu bisa muncul ketika mendapat hadiah, ucapan doa, apresiasi atas prestasi atau bahkan sekedar munculnya sekuncup bunga dari tanaman yang kita rawat.

Perasaan syukur akan meningkat lagi, dengan mendorong untuk menuliskan apa yang telah kita lakukan, hal-hal sepele sekalipun tetapi kita pantas memberinya poin positif, melakukan apresiasi dan merasa bangga dengan kebaikan tersebut. Hal kecil yang dapt memberikan pupuk bagi pertumbuhan pribadi dan melesatkan self image yang positif. Setiap orang memiliki anugrah dan hal baik dalam dirinya, walaupun kecil namun hal itu perlu dan pantas diapresiasi.

Bersyukur dapat dilakukan bila kita mindful, menyadari konteks disini dan kini serta terhubung dengan diri (innerself) juga lingkungan. Mengamati apa yang terjadi dalam diri, menerimanya dan melihat keberlimpahan kebaikan yang kita terima, membuat kita menghargai hal-hal kecil tersebut sebagai anugrah. Dari sisi luar, kita amati alam indonesia yang indah dan dinamis, jelas merupakan anugrah tak terkira. Keramahan dan budaya gotong royong atau saling menyapa dalam relasi sosial yang sangat kuat juga merupakan potensi terbangunnya ikatan kekeluargaan dan saling mendukung, menolong dan menguatkan. Bila kita melihatnya dari sisi positif, akan menjadi alat untuk menyatukan bangsa yang beragam etnis, budaya dan agama ini. Penilaian yang positif membangun emosi yang positif pada level individual. Interaksi dengan diri sendiri yang dikenal sebagai hubungan intrapersonal yang dibangun secara positif tentunya akan berpengaruh pada relasi sosial antar pribadi atau interpersonal juga menjadi lebih baik.

Terhubung dengan diri sendiri dan lingkungan, merasakan sudut pandang yang berbeda, imajinasi dan kesadaran bertumbuh membuat kita terus menyadari hal-hal baik di sekitar. Bersyukur membuat kita tidak diperbudak oleh ketakutan dan kecemasan, terutama ketakutan akan rasa sakit, penderitaan juga kematian. Bersyukur memberi peran penting bagi kebahagiaan seseorang, sebagai salah satu virtue, bersyukur menjadi komponen kesehatan mental, integrasi diri dan rasa sejahtera-wellbeing.

Pada prakteknya, kita dapat melatih rasa syukur ini dengan jurnal pagi, menuliskan 5 hal yang baik yang kita rasakan dan kita terima dari alam semesta. Mungkin dapat terus ditingkatkan dengan menuliskan setidaknya lima hal-hal positif yang telah kita lakukan pada diri sendiri, pada orang lain dan pada semesta. Mulailah menulis jurnal syukur setiap pagi atau sebelum tidur. Kita sebenarnya diajarkan oleh agama untuk memulai membuka mata dengan ucapan syukur. Bagi muslim tentu akan mengingat doa bangun tidur dan zikir di pagi hari berisi ungkapan syukur yang sangat mendasar dan powerful menciptakan gelombang energi yang positif bagi diri sendiri dan alam semesta.

Terkadang kita perlu melanjutkan dengan merenungkan segala sesuatu dalam hidup ini, membuat penimbang tentang apa yang sudah terjadi dan apa yang akan dilakukan. Mungkin kita pernah membuat peta prediksi tentang masa depan yang kita inginkan pada awal tahun. Terkadang kita masih memiliki PR atau pencapaian beberapa tahun sebelumnya lalu kita lihat kembali dan mencoba bersyukur dan belajar dari apa yang sudah terjadi.

Pada aktivitas harian, kita akan memiliki tambahan ceklist to do yang lebih detil agar cita-cita sinambung dengan aktivitas rutin. Ini menjadi penting karena kebahagian selain tentang pemaknaan juga tentang pencapaian. Terkadang orang sulit melihat capaian kecil dan sering menyepelekan sesuatu semata karena standar yang tinggi atau memang upaya pembandingan dengan model ideal. Bilapun kita mengharapkan ada perubahan dalam suatu capaian, maka langkah kecil menjadi penting untuk membuat impian menjadi kenyataan. Jurnaling tetap menjadi relevan untuk memulai dari hal yang kecil, sederhana dan sepele. Jurnal syukur dapat dilanjutkan dengan jurnal lainnya, seperti agenda harian yang berisi daftar hal-hal yang perlu dilakukan dan memuat data penunjang aktivitas yang direncanakan setiap pagi lalu disyukuri di sore hari

Sebelum menuliskannya, lakukanlah kegiatan yang dapat menghantarkan pada mindfulness, seperti menyelesaikan doa pagi hari, atau mengatur napas melalui meditasi, duduk di tempat yang nyaman dan tenang. Siapkan hal-hal yang menunjang aktivitas berada dalam jangkauan.

Banyak hal yang dapat membuat kita tetap bahagia setelah satu tahun kita melewati pandemi ini. Mari kita mulai hari ini dengan menerima apa yang sudah terjadi, mencari hikmahnya dan benar-benar nrimo tanpa tapi. Selalu tetap berpikir rasional, menyaring informasi dan bersikap bijak dengan apa yang terjadi. Badai belum sepenuhnya berlalu, sehingga upaya disiplin diri dengan protokol kesehatan perlu menjadi gaya hidup masa kini. Setiap minggu kita dapat terus menciptakan kegiatan yang produktif dan bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Olah raga, menyebarkan informasi penting, webinar sebagai media belajar atau bersosialisasi tetap relevan. Tetap sehat dan bahagia adalah motto kita selamanya.

Anda dapat membaca catatan tentang jurnaling lainnya di blog ini
Jurnal kehidupan, Menuliskan Catatan Akhir Tahun, dll

Bandung , 5 Maret 2021

--

--

Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama