Tulisan Pendek

Iip Fariha
3 min readOct 9, 2021

--

Tulisan pendek lebih cepat dan mudah dibaca tetapi sulit dituliskan

Photo by Brett Jordan on Unsplash

Sudah berulang kali saya mendapat feedback dari kawan, bahwa tulisan saya terlalu panjang. Awalnya tulisan saya sampai 2000 kata, lalu saya kurangi lagi sampai maksimal 1500 kata. “Wah masih panjang dan cenderung tak dibaca orang,”katanya. Saya lalu teringat bahwa saya pernah belajar Tatika.

Prof. Tengsoe Tjahjono seorang sastrawan penggagas pentigraf (cerpen tiga paragraf) juga penggagas Tatika ( Cerita Tiga Kalimat). Mungkin orang tidak terlalu mengenalnya, tetapi sering membaca tatika dalam postingan medsos. Saya juga perlu berterima kasih pada mentor di kulwapp karena sempat belajar secara praktis membuat tatika dalam suatu kulwapp komunitas. Lebih dari teori dan latihan, sebenarnya kesempatan ini membuat saya meluangkan waktu kembali untuk lebih memperhatikan tulisan orang lain. Saya juga lebih intens melatih membuat karya tulisan. Karya Sastra, seperti tatika yang berkualitas membawa saya pada suatu perjalanan panjang, seperti piknik ke semesta raya.

Meski hanya terdiri atas tiga kalimat atau tiga paragraph, elemen narasi (tokoh, alur dan latar) harus tetap hadir untuk bersama-sama membangun atau mendukung tema. Panjang Tatika hanya 75 kata, sedangkan Petigraf hanya 210 kata. Cerita super pendek ini berfokus pada seorang tokoh. Menggunakan deskripsi atau narasi, hanya ada satu dialog pada tatika. Keunikan tatika dan petigraf adalah pada kejutan dan ketakterdugaan pada kalimat atau paragrap terakhir (twist).

Berikut beberapaTatika karya saya.

#Pendengar setia

Telpon berdering, dari sebrang sana terdengar suara anak perempuan riang gembira. Ceritapun mengalir tanpa jeda, membuatku tak bisa apa-apa selain menjadi pendengar setia. Satu jam telah berlalu, ia bertanya tentang anjing kesayangannya, dan barulah kujawab,” Nak, sepertinya kamu salah sambung deh” (41 kata)

#Webinar

Sore itu, jam 7 WIB seperti biasanya laptop telah siap dan link acara webinar tinggal satu kali klik akan tersambung ke acara yang sudah ditunggu-tunggu satu bulan ini. Tampak layar kosong dan tanda koneksi ke ruangan meeting online belum tersambung sempurna. “Kok lama,” pikirku, ku cek pengumuman di WA grup, tertulis jam 07.00 AM. (54 kata)

#Motivasi

Kubaca buku terbaru tentang motivasi sambil menunggu Bi Inah membuatkan minuman segar sore itu. Ini buku tentang revolusi teori integratif holistik dan universal yang menjadi esensi dari seluruh teori yang ada di seluruh planet bumi ini. Aku belum juga move on dari buku ini, hingga kulihat chat WA temenku, ia mengingatkan deadline tulisan yang seharusnya beres kukerjakan beberapa hari lalu, “Aku belum termotivasi,”jawabku membalas chatnya. (65 kata)

#Kartu kredit

Mamang tukang mainan menyimpan pikulannya sesaat, lalu menatapku penuh harap, terutama saat anakku menangis di depannya. Aku tidak sedang menghukum anak untuk tidak jajan, tak sanggup bayar lima rebu perak, atau mainan itu tak layak, namun isi dompetku cuma kartu atm dan kartu kredit tetapi tak ada satu lembarpun uang. “Kenapa ibu tidak gesek saja bayarnya pakai kartu kredit,”katanya menatapku polos. (61 kata)

#Di Villa putih

Kurebahkan badanku di kamar besar itu, terasa nyaman tidur di atas seprei putih sambil menghirup wangi bunga melati dan hangat matahari pagi yang menyelinap melalui jendela besar disampingku. Tak salah temenku mengajak piknik ke sini, walau sedikit letih meniti undakan villa diatas bukit ini, sungguh tak sia-sia kunikmati sampai nyaris ketiduran. “Mba… cepet bangkit, yang lain sudah masuk mobil, kita salah villa,” bisik temanku pelan. (65 kata)

#Akrab

Sore itu kubergegas menuju rumah kenalan baru, namanya Rani yang kukenali wajahnya dari profile picture medsosnya. Dengan aplikasi peta online tidak sulit untuk menemukan rumahnya, kami juga sudah sering berbicara lewat WA dan medsos sehingga saat bertemu aku langsung memeluknya dan bercerita banyak hal yang selama ini tertahan. Aku masih tertawa lepas bersamanya, saat sosok serupa Rani muncul dari pintu dan menyapaku dengan senyumnya yang sudah kukenal baik, “Wah kamu juga sudah akrab dengan kembaranku ya,” (75 kata)

Bandung, 9 Oktober 2021

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet