Kung Fu Panda 3

Tiga langkah belajar (lagi) mengenali emosi

Iip Fariha
6 min readJun 6, 2020

“Siapa yang mengemil saat stress?. Tulisan ini tentang contoh pengalihan emosi dan langkah 1, 2, dan 3 untuk mengenali dan merespon emosi dengan tepat. Mari belajar (lagi) mengenali emosi kita”.

Indikator Emosi

Ketika pertama kali anda membeli mobil, seorang sales mobil akan menjelaskan pada anda arti setiap tanda pada dashboard mobil anda. Apa artinya lampu yang menyala, dimana letak tombol untuk tujuan tertentu dan apa yang harus dilakukan bila muncul tanda-tanda seperti indikator lampu merah, kedipan atau suara-suara yang berbeda dari biasanya.

Emosi adalah sebuah sinyal seperti tanda lampu pada dashboard mobil. Ia memberikan kita suatu indikator akan kebutuhan yang harus dipenuhi. Jadi inget emak-emak yg menyalakan lampu kiri tapi belonya ke kanan, pasti bikin bingung bukan? Tanda lampu memberi isyarat bagi seseorang untuk bertindak, Ia memberikan petunjuk tentang sesuatu. Tanda ini berguna untuk diri sendiri, dan dalam kaitannya berkomunikasi dengan orang lain.

Emosi pada dasarnya adalah positif, pengertian emosi negatif mengacu pada kesalahan respon terhadap emosi yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman. Hal ini sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan emosional. Dalam pengertian sebagai sebuah bahasa, emosi menjadi bersifat logis, mengandung unsur motivasi, berfungsi menggerakan seseorang untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan hasratnya. Saat indikator pintu tidak tertutup, pengemudi mengecek pintu, saat lampu indikator bensin berkedip, dia akan segera menuju pom bensin, dst.

Ketidakfahaman terhadap bahasa emosi, seperti tidak mengerti apa arti tanda tersebut, menjadikan seseorang cemas saat mengemudi, mungkin juga dia berasumsi dan mencoba-coba suatu tindakan untuk merespon lampu tersebut atau malah berusaha mengalihkan rasa cemasnya dengan tindakan lain untuk meredakan rasa tidak nyaman tersebut dengan bernyanyi atau makan ice cream.

Apa yang akan anda lakukan bila suatu lampu indikator ( =sinyal tubuh ) menyala dan anda tidak memahami artinya?

Lingkungan sosial mengajarkan respon emosi yang di terima dan di tolak. Pengabaian emosi menciptakan rasa tidak nyaman dan ketidakmampuan untuk memahami kebutuhan, keinginan dan hasrat yang sesungguhnya dari emosi tersebut. Tindakan pengalihan emosi hanya meredakan sesaat, namun tidak menghilangkan penyebab dari perasaan tidak nyaman tersebut.

Masyarakat kita misalnya cenderung melarang anak laki-laki untuk menangis karena memalukan, anak-anak akan belajar merasa malu saat menangis, sehingga ia gagal memahami tanda kesedihan dan mengalihkannya pada hal lain, seperti mogok, pergi menghindari orang atau main game. Orang dewasa mengalihkan emosi pada hal-hal yang lebih berbahaya seperti merokok, drug, sex, dll.

Apakah anda memahami bahasa emosi yang di ekspresikan oleh tubuh anda??

Upaya ini memang membutuhkan usaha ekstra bila tidak pernah belajar atau diajarkan sejak dini (yaitu ketika masa tumbuh kembang sejak kanak-kanak saat emosi masih lebih sederhana). Orang dewasa perlu mengolah rasa dan tubuh melalui latihan mindfulness.

Pengalihan respon Emosi

Suatu ketika saya membaca sebuah buku, tiba-tiba tangan saya mencari stoples dan mulai makan keripik. Saya bertanya, “apakah saya lapar?” (mungkin ya mungkin tidak benar-banar lapar, karena memang bukan waktunya jam makan). “Seberapa banyak keripik yang harus saya makan untuk menghilangkan lapar saya?”. Rupanya perut saya mulai terasa penuh dan sebah tetapi tangan masih merogoh isi stoples dan mulut saya masih mengunyah keripik tanpa melihat. Tangan meraih stoples otomatis dan menjejalkan keripik ke mulut dan mengunyahnya tanpa benar-benar di rasakan.

Lalu saya sadari, bahwa saya sebenarnya tidaklah merasa lapar, hanya saja keripik membantu membangunkan kesadaran untuk lebih fokus pada bacaan. Hal ini rupanya terjadi saat lelah atau kurang berkonsentrasi pada apa yang sedang di baca. Ingat dalam film Kung Fu Panda, Po mengunyah dan makan sangat banyak saat merasa kecewa dan stress.

Nah, saat kapan anda mengemil?

Emotional eating. Fenomena emotional eating, sama seperti gejala drug, alkoholic juga workaholic merupakan contoh pengalihan emosi yang banyak berdampak buruk.

Saya baru saja menyadari bahwa walaupun istilah ini sangat dikenal umum, namun kurang dipahami dan sering berakhir di ruang konsultasi saat gejala semakin parah. Terbukti sayapun dapat menjadi pelaku yang membuat saya merasa bersalah karena diet selalu gagal. Tetapi itu dulu, saat belum berlatih mindfulness. Maka tidak heran mindfulness eating juga yang menjadi rahasia Dewi Hughes kembali langsing dan cantik. Nikmati makanan anda, untuk tubuh anda yang sehat, yaitu saat anda memang benar-benar membutuhkanya. Saat memang anda lapar dan waktunya makan!.

Memahami apa yang muncul dalam innerlife, juga sinyal tubuh, membantu banyak orang untuk terhubung kembali tidak hanya dengan emosi mereka, tetapi juga dengan tubuh mereka. Hal ini akan terjadi ketika emosi “dipeluk” dan pesannya diindahkan, Hal ini merupakah langkah penting untuk membentuk kesehatan dan kesejahteraan mental. Kita bisa memahami dari tulisan mengenal bahasa emosi.

Mengunyah keripik bukan cara untuk berkonsentrasi atau menghilangkan lelah. Alih-alih memenuhi kebutuhan untuk lebih fokus, keripik menambah bobot tubuh tanpa sadar.

Pengalihan, atau pengabaian emosi sebenarnya suatu strategi menghadapi situasi tidak nyaman karena tekanan emosional juga.

Pengalihan emosi tidak selalu karena ketidakmampuan mengendalikan diri, tetapi berawal dari ketidakmengertian tanda-tanda yang di berikan tubuh, sehingga salah merespon dan terbentuklah emosi sekunder lain. Alih-alih dapat menemukan rasa nyaman, gagal memenuhi kebutuhan emosional menimbulkan emosi negatif sampai frustrasi bahkan depresi.

Beruntunglah walau terlambat, pada contoh saya sendiri, saya mulai menyadari bahwa perut saya sebah karena kepenuhan keripik, terlanjur kalori yang masuk sudah pasti lebih banyak dari kebutuhan hari itu, alamat gagal diet lagi… Diet memang selalu pas dilakukan besok hari. itu juga suatu pengalihan dari rasa bersalah dan ketidakmengertian memilah mana kebutuhan dan mana keinginan. Keinginan untuk langsing tidak selalu sinkron dengan kebutuhan untuk makan. Anda masih bingung membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan?. Silakan baca lagi Kebutuhan vs Keinginan.

Tunggu dan Tenang dulu, Anda tidak sendirian, teramat banyak orang mengalaminya sehingga tidak heran bila pikiran, perasaan dan tindakan menjadi tidak konkruen. Meskipun menyanyi lirik lagu sedih, kita masih bisa berjoget dengan riang bukan?

Belajar membaca bahasa Emosi

Membaca bahasa emosi dari tubuh sesederhana langkah 1,2,3 namun percayalah bahwa ini ternyata tidak mudah. Yang harus anda lakukan untuk dapat memahami tubuh anda, dapat dilakukan dengan satu teknik sederhana berikut: duduklah dan hindari pengganggu, rasakan apa dan dimana emosi berada, apa yang menyebabkannya, insight apa yang muncul. Fokuskan pada innerlife. Berlatihlah secara berulang. Inilah salah satu teknik mindfulness.

Supaya mudah, kita gunakan contoh tadi.

Bayan (2003) mengajak kita untuk melakukan langkah 1,2 dan 3:

1) Namai emosinya. Ini bukan hal yang sulit, namun sering tidak terbaca dan terabaikan. Saya gagal faham atau mengabaikan tanda rasa tubuh yang mulai lemes, dan mata mengantuk dan menafsirkan sebagai kebutuhan makan keripik. Huff..

Bila kita luput memahami apa warna emosi yang muncul dari badan kita, Kita boleh saja langsung melangkah pada tahap kedua, 2) Menandai apa penyebabnya, apa kebutuhan, keinginan atau hasrat. Kita dapat membuat pertanyaan sederhana seperti ; seberapa banyak keripik yang saya makan untuk membuat saya memahami isi buku ini?. Seberapa banyak saya harus memakan keripik ini, agar saya tidak mengantuk?

Tentu saja pertanyaan ini menjadi konyol, dan saya akan dapat dengan mudah melihat bahwa kebutuhan saya bukanlah keripik. Makan keripik adalah tindakan pengalihan yang hanya meredakan sesaat emosi primer yang sesungguhnya. Saya sebenarnya mengantuk dan sudah tidak konsentrasi membaca buku.

Seseorang yang sudah mampu membaca bahasa emosi pada tahap kedua, akan dengan mudah melanjutkan pada tahap ke tiga, 3). Identifikasi respon yang memuaskan — tindakan yang dapat memenuhi kebutuhan, keinginan atau hasrat.

Saat respon saya makan keripik, memang mata saya agak melek, tapi saya tetap mengantuk. Bukan rasa lelah yang hilang, tapi malah sebah di perut. Rasa lelah hanya akan dapat dihilangkan ketika istirahat, seperti tidur atau mungkin memejamkan mata dan merebahkan tubuh sesaat.

Makan keripik ternyata tidak ada hubungan dengan konsentrasi. Makan itu ternyata untuk kebutuhan bila perut lapar..He he.. itu sih semua juga tahu.. J

Mungkin saja sesaat kita tahu dan menyadari bahwa sesungguhnya tubuh memberi sinyal lelah, namun pengabaian tanda emosi muncul dan mengalihkan perhatian pada rasa nyaman yang diperoleh dari mengunyah dan mengunyah. Walaupun mengunyah menyelesaikan masalah sesaat pula dan rasa kantuk kembali menyerang tubuh.

Pengetahuan ternyata tidaklah memberikan apapun, sekarang saya mengerti quote “ pengetahuan tak akan menyelamatkanmu”. Maka setelah dapat membaca emosi dari tanda di tubuh, latihan merespon dengan baiklah yang menyelamatkan dan mensejahterakan fisik dan psikis kita. Kita saja susah, apalagi anak-anak kita. (#guebangetinimah). “Karena itulah ilmu hanya berguna bila diamalkan, sobat!”

Ya, ini hanya contoh mengunyah keripik, bagaimana jika pengalihan emosinya dalam bentuk aktivitas main game, merokok, film porno, pasang status di medsos, belanja di mall, mengutil, sex?.

“Waduuuww berabe ternyata ya!”.

Be self awareness, be mindfulness!. Jadi pengalihan emosi yang positif seperti apa dong?.

Ikuti terus ya, semoga bermanfaat.

Bandung, 6 Juni 2020

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet