Photo by 丁亦然 on Unsplash

Sosiometri dan kehendak bebas untuk memilih

Iip Fariha
4 min readMay 31, 2020

#serungobrolpsikodrama. Manusia memiliki pilihan bebas, boleh bersikap spontan, layak untuk diterima sekaligus dihargai.

Gagasan awal tentang sosiometri Moreno muncul ketika dia menjadi konsultan medis di beberapa kamp pengungsi Austria selama Perang Dunia Pertama, dan dia memperhatikan bahwa alih-alih membiarkan orang memilih dengan siapa ia akan tinggal, para administrator sering kali ditugaskan orang ke kabin mereka secara acak. Karena tertarik pada seluruh dinamika spontanitas, Moreno secara intuitif melihat kebenaran gagasan bahwa kebebasan orang untuk memilih orang yang dia kehendaki untuk melakukan sesuatu merupakan elemen penting spontanitas dalam mode ekspresi interpersonal dan sosialnya. Moreno lalu mengembangkan cara untuk menilai pola preferensi dalam kelompok untuk mengatur agar pilihan ini dihormati dalam cara subkelompok disusun.

Dalam praktek psikodrama, kita mengenal salah satu Teknik hands on shoulder.

Lakukan eksperimen di dalam kelompokmu dan ajukan pertanyaan berikut ini pada teman-temanmu, dan lihatlah hasilnya.

Siapa yang akan kamu pilih dan menarik perhatianmu agar kamu bisa belajar dari orang tersebut?

Siapa yang akan kamu pilih untuk mewakili seseorang, dimana kamu ingin berterima kasih padanya?

Siapa yang akan kamu pilih menemanimu minum kopi di sore hari?

Siapa yang akan mewakilimu menyampaikan pesan pada temanmu yang ada di luar kota?

Dalam psikodrama, orang diberikan kebebasan untuk menentukan preferensi pribadinya, dan pilihan ini bersifat spontan, diterima dihargai dan juga dihormati.

Kita sering terjebak pada aturan yang begitu ketat dalam masyarakat kita, dan menanggung akibat di permalukan, diperundung, diberi label negative dan sebagainya bila apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan kecenderungan kelompok. Sehingga kita belajar untuk memilih grup yang membuat kita nyaman dan menolak grup yang membuat kita tidak diterima.

Kita memiliki kecenderungan untuk merasa nyaman dalam grup arisan A dan tidak setuju dengan aturan main grup B. kita memilih calon gubernur A dan antipati pada calon lainnya.

Kecenderungan memilih dan kebebasan menentukan sikap dimiliki oleh semua orang dan tak bisa terhindarkan, namun menganggap bahwa semua orang sama atau harus sesuai dengan diri sendiri itu tidak masuk akal. Lebih tidak masuk akal bila hanya pilihan diri sendiri yang paling tepat dan orang lain 100% salah. Setiap orang memiliki peluang untuk benar, sekaligus sangat mungkin berbuat salah.

Dalam sebuah tatanan masyarakat, akan selalu ditemukan aturan dan kesepakatan baik tertulis maupun tidak. Individu belajar untuk saling menyesuaikan diri dan mengikuti aturan tersebut. Proses internalisasi nilai, budaya, minat dan bahkan norma-norma agama bukanlah hal yang sederhana. Tekanan berlebihan pada anggota masyarakat untuk melakukan sesuatu tanpa memberikan kesempatan pada orang untuk memahami dan terlibat dalam identifikasi nilai-nilai, alih-alih membuat orang menjadi patuh, individu memilih untuk menolak karena alasan tidak memiliki kemerdekaan untuk memilih atau merasa diperbudak.

Orang dewasa memiliki daya nalar yang lebih tinggi dan pertimbangan yang lebih matang saat membuat pilihan, walaupun ikatan emosional sering menjadi alasan untuk bertindak dan membuat pembenaran atas pilihannya. Anak-anak remaja yang masih labil secara emosional semakin menjauh dari kemapananan nilai dan mencoba sendiri aturan yang mereka eksperimentasikan dalam kelompok yang mereka ciptakan sendiri. Cikal bakal dari geng remaja dan pemberontakan seringkali terjadi hanya karena alasan ingin diakui sebagai pribadi yang mandiri dan berhasil membuat keputusan.

Pada awal 1930-an, Moreno menjadi konsultan untuk sebuah sekolah untuk gadis-gadis remaja bermasalah, dan mulai bereksperimen dengan ide-idenya tentang membantu para gadis mengerjakan dinamika kelompok mereka dengan lebih efektif. Ini menghasilkan tulisannya apa yang dia anggap sebagai magnum opusnya — pengantar sosiometri, berjudul Who Shall Survive? (1934).

Manusia memang memiliki daya dukung untuk menjadi makhluk yang menentukan sendiri pilihannya. Pada saat yang sama ia juga memiliki kapasitas untuk bertanggung jawab atas pilihan bebasnya tersebut. Free to choose merupakan esensi dari semua teori motivasi yang dibahas oleh para ahli psikologi. Tentang apa yang membuat manusia tergerak untuk melakukan sesuatu, mengapa ia berprilaku tertentu, untuk tujuan apa, kebutuhan apa yang menggerakan tindakannya, dorongan apa yang membuat mereka bergerak, berkarya, memilih, mencintai, mengejar prestasi atau bahkan mengapa seseorang melakukan tindakan jahat, menipu atau memilih menghukum dirinya sendiri.

Daya dorong untuk berbuat, secara tidak sadar akan selalu diimbangi dengan daya tolak yang membuat seseorang memiliki rem atas prilakunya. Ini karena manusia memiliki perangkat daya pikir, rasa dan tindakan yang saling terpaut satu sama lain. Spontanitas dalam psikodrama tidak berarti bahwa orang melakukan tanpa pemikiran, tanpa intensi rasa dan bertindak secara brutal atau tak memiliki alasan. Spontan yang didukung dalam psikodrama bermakna preferensi personal di tunjukkan secara sadar dan prilakunya dapat diterima sebagai hal yang unik, menjadi bahan untuk reflektif bagaimana pola relasi interpersonal terbentuk. Metoda sosiometri Moreno adalah alat untuk melakukan eksplorasi interrelasi sosial manusia yang merdeka, saling menghargai dalam kohesifitas kelompok yang bertujuan untuk memperbaiki atau membangun ikatan kelompok semakin konstruktif.

Bila itu tujuannya, maka pilihan bebas tidak pernah tanpa alasan, selalu membawa pemikiran untuk mempertimbangkan akibatnya dan untuk apa tujuannya. Perilaku dalam kelompok tidak dianggap sebagai penyeragaman, tetapi memberikan kesempatan pertumbuhan pada setiap orang dengan tetap mendapatkan dukungan dari kelompok untuk keunikannya masing-masing.

Karena itu pilihan bebas dan spontanitas menjadi tolak ukur bagaimana seseorang mandiri, bertanggung jawab sekaligus memiliki kematangan dalam sikap dan prilaku. Bukankah integrasi akal, rasa dan tindakan itu mencerminkan pertumbuhan pribadi yang dewasa dan bijaksana? Kita akan mengenali karakter seseorang justru saat spontan, tanpa skenario, pencitraan ataupun setting untuk di tampilkan pada publik seperti dalam kegiatan formal upacara kenegaraan. Secara terbalik, kita juga dapat mengenali karakter asli seseorang saat diberikan pertanyaan atau masalah langsung yang tak terduga dan melihat respon spontan mereka. Maka dengan begitu orang menjadi mudah membuat pilihan dari situasi yang benar-benar tanpa tipuan.

Bila anda ingin lebih memahami fenomena ini, silakan baca kembali catatan saya tentang Transferensi, Tele dan Encounter.

Tertarik menerapkan psikodrama untuk kelompokmu atau untuk dua kubu yang berseteru?

Kita akan saling belajar mengerti dan perdebatan tidak berarti mengumbar kebencian, perbedaan tidak berarti harus saling memusuhi. Setuju??

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet