Rindu Laut Indonesia dan ikan segar
Siapa yang suka laut? siapa yang suka ikan? siapa yang suka laut dan makan ikan?. Kalau keduanya dijawab ya, kita beruntung ada di Indonesia.
Saya bersyukur dilahirkan di Indonesia sebagai negeri kepulauan yang kaya raya dengan lanskapnya yang indah. Walaupun saya bukan anak pantai, tetapi saya mencintai laut. Bagaimanapun, 2/3 negara ini adalah laut. Kita memiliki kemewahan yang luar biasa bila berkisah tentang kelautan. Mulai dari kekayaan bahan pangan, keindahan biota laut, daya tarik wisata laut, pantai dan pulau karang yang bersih dan sunyi. Sepotong surga di bumi.
Kekayaan laut yang dimiliki seperti ikan, udang, kerang dan berbagai jenis hewan laut lainnya merupakan sumber pangan rakyat Indonesia yang tak akan pernah habis. Tentu saja, ini juga menjadi daya tarik bagi orang yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan tindak kejahatan dengan menangkap ikan secara ilegal (ilegal fishing).
Saya mencintai laut dan senang makan ikan laut segar. Ayah saya sering mengajak pergi secara spontan ke pinggir laut walaupun jarak tempuh 4 jam perjalanan. Walaupun saya lebih sering mabuk perjalanan karena jalanan Tasikmalaya -Pangandaran, sering berkelok tajam dan masih sering menghadapi medan yang terjal, kami riang gembira saja menjalaninya. Berbekal tikar dan nasi, kami cukup duduk di pinggir laut menikmati ikan bakar dari nelayan setempat. Bila tak ke laut, saya suka memancing ikan di kolam belakang rumah, bukan untuk hobby seperti para pelancong, tetapi untuk mengambil ikan mas sebagai teman lauk makan siang.
Bila berkesempatan pergi agak jauh dari rumah, saya akan mencari laut terdekat dari destinasi tempat saya berada. Tentu saja itu tidak sulit, karena seluruh pelosok negeri ini dikelilingi oleh laut dan air. Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau, dengan garis pantai lebih dari 99.000 km. Dimanapun kita berada, kita dapat bertemu pantai dan ikan. Tidak salah saya lahir di Indonesia, saya dan anda seluruh rakyat Indonesia berpeluang mendapatkan pasokan ikan tak terbatas banyaknya. Bilapun tak bertemu laut, kita akan mudah menemukan warung sampai resto yang menyediakan makanan dari ikan segar yang dimasak dengan bumbu khas setempat.
Lidah saya sudah mengenal rasanya ikan segar baru dari kolam atau dari laut. Karena itu saya cenderung sedikit ogah-ogahan ketika harus beradaptasi dengan membeli ikan di pasar yang tergeletak mati meskipun masih terasa dingin karena pengaruh es. Saya akan beralih mencari ikan hidup dan meminta penjualnya membersihkan ikan tersebut saat itu juga. Pada akhirnya pilihan kita menjadi terbatas bila merindukan ikan laut. Terkadang, saya mulai menggunakan hidung saya untuk mengendus-endus untuk membedakan bau ikan beneran atau ikan mati yang sudah dimandikan pengawet. Tidak heran, begitu mudah penyakit dan gangguan pencernaan menyerang sebagian besar masyarakat kita, karena sumber pangan bagi keluarga begitu beresiko. Sementara kita memiliki ikan berlimpah di lautan kita, tetapi kita tak cukup cerdik untuk memanfaatnya sebagai makanan yang segar dan sehat.
Rupanya ingatan akan kesegaran sumber pangan ini bersambungan dengan bisnis frozen food yang saat ini mulai digemari. Selain packaging yang aman untuk menjaga kesegaran makanan terutama ikan, produk terlihat lebih cantik, rapi dan tentu saja bersih. Apalagi jika konsep dari frozen food ini mengusung tema yang visioner dalam ketahanan pangan kita di indonesia. Saya sangat mengapresiasi jika ada upaya anak muda indonesia yang membangun ketahanan pangan indonesia dengan cara menghargai kekayaan alam indonesia. Tidak semata eksplorasi sumber daya alam tentunya, tetapi karena begitu cinta pada tanah airnya Indonesia ini dan sebagai rasa syukur atas anugrah Tuhan yang berlimpah bagi manusia indonesia. Impiannya kira-kira sebagaimana impian anak kecil yang masih murni yang bangga akan Indonesia dan sekaligus seorang yang menyadari akan kekuatan dan kebesaran bangsanya sebagai negara maritim terbesar di dunia.
Sebagai negara yang dikelilingi laut, terkadang kita justru sulit mendapatkan pasokan ikan yang segar sampai di pasar, frozen food memberikan peluang untuk menjaga kesegaran ikan sejak dipanen karena dengan teknologi pembekuan dan packaging, ikan dapat dibekukan dibawah suhu minus 20 derajat. Pembekuan ikan ini mengubah seluruh kandungan air pada ikan menjadi es. Tetapi ketika ikan dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan kembali pada kondisi sebelum dibekukan. Selain itu keadaan beku menghambat bakteri dan enzim berkegiatan, sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan dengan ikan yang didinginkan.
Saya bersyukur mengenal produk sillyfish. walaupun terdengar silly, mereka sungguh-sungguh serius menjalankan bisnisnya. Kabar baik bagi ketahanan pangan Indonesia emas. Saya mencoba produknya satu persatu, membuktikan seberapa segar ikan dan daging beku ini setelah dilelehkan. Saya paling suka tuna dan bandeng, kami pernah memasaknya rame-rame dalam acara arisan. Kebersyukuran saya juga adalah karena memiliki sahabat yang sangat baik dan pandai memasak. Walaupun sillyfish menyediakan berbagai bumbu jadi tanpa pengawet, kita bisa mencobanya dengan resep keluarga sendiri.
Silly fish menggunakan teknik glazing setelah proses pembekuan ikan. Glazing adalah memberikan lapisan es tipis pada ikan untuk melindungi produk dari dehidrasi atau oksidasi, pencegah kerusakah saat peletakan antar bahan dan membuat ikan tampak cemerlang. Hal ini yang saya suka juga, karena ikan begitu cantik dan terjaga tetap utuh sampai waktunya dilelehkan saat akan di masak. Lihat saja sendiri di https://www.youtube.com/watch?v=NtmT2TEeLg4&pbjreload=101. Ikan sudah bersih dan disiapkan untuk masak cepat. Setiap saat kita bisa memasaknya dengan mudah. Sesuatu banget buat saya yang tidak pandai memasak.
Dari sisi penampilan, proses packaging menjadi pertimbangan dan jaminan akan merk atau branding produk ini. Sebagai emak-emak yang senang makan ikan sejak kecil dan bangga dengan kekayaan laut indonesia, saya merasa telah menemukan jawaban atas kerinduan saya pada masa emas tinggal di kampung halaman. Kota Bandung yang berada di lembah dan jauh dar laut bukanlah halangan untuk mendapatkan produk dari laut, distribusi dan transportasi dari laut ke kota sudah lebih mudah dapat diakses melalui berbagai jalur. Apalagi gaya bisnis anak jaman now yang menggunakan pendekatan bisnis di era industri 4.0 sangat melek teknologi seperti pemanfaatan jaringan internet dan transaksi online yang cepat. Informasi dan komunikasi yang sangat mudah dan nyaman dapat dilakukan langsung dari gawai dan cukup di rumah saja.
Rasanya baru akhir tahun 2019, menengok laut. Tapi 3 bulan di rumah dengan PSBB membuat pergi menengok cakrawala tanpa batas itu kembali dirindukan. Lagi pula seharusnya bulan ini saya menjamu kawan-kawan arisan di rumah. Tapi kami menahan rindu saja dengan mengenang makanan tuna pedas pete dan bandeng kare hasil masak rame-rame. Aih nikmatnya. Jadi kapan kita ketemu ya? mungkin kita bisa piknik ke laut dan melihat betapa persahabatan kita tanpa batas walaupun kita tetap bersabar dengan pembatasan fisik dan sosial ini demi keselamatan bersama bangsa.
Rindu ke laut juga kumpul arisan, sementara dapat terobati dengan mengenang kembali melalui foto dan berselancar di internet dulu. Tetapi hidangan laut dapat tersedia kapan saja dengan sekali pencet tombol di gawai kita. Untuk kawan-kawan di Bandung, kontak saya sillyfish Arcamanik Bandung (WA: 087823072656)
Bandung, 2 Juni 2020