Oleh-oleh webinar psikodrama
#serungobrolpsikodrama: Anda hanya perlu percaya, bahwa setiap kita mampu bertumbuh menjalani peran terbaik dalam hidup kita masing-masing.
Ekperimentasi psikodrama dengan webinar ternyata terkendala oleh sinyal internet. haha haha.., sementara episode hidup kita di masa pandemi ini dengan berjarak secara fisik membuat nyaris totally semua relasi dan pola komunikasi kita bergantung dengan sinyal. Inilah salah satu bukti pentingnya bertanya kembali, tentang perubahan atau adaptasi peran dan perilaku dalam episode hidup kita saat ini.
Sebuah skenario hidup, bisa saja kita persiapkan, namun apa yang terjadi, maka terjadilah. Bisa saja kita mempersiapkan suatu acara dengan baik, namun ada faktor lain yang memang diluar kendali kita bisa saja terjadi. Tapi apapun itu, kejadian lup lep sinyal saat webinar adalah sudah terjadi. Masa lalu adalah kisah sejarah, masa depan adalah misteri, hidup kita hanyalah hari ini, demikian pembelajaran yang saya kutip dari Master Oogway. Jadi hari ini saya hanya membuat sebuah catatan sebagai proses belajar psikodrama melalui Kung Fu Panda, agar besok kita dapat melakukannya secara lebih baik. Besok hari, bila kita melakukan kembali webinar, tentang hal-hal teknis operational teknologi yang awalnya sebagai media dan alat, ternyata diingatkan kembali nyaris sudah menjadi penentu semua proses komunikasi kita saat ini.
Generasi saya pernah mengalami menulis surat diatas kertas dan mengirimkannya melalui pos dan menanti balasan surat pada beberapa hari berikutnya. Saat ini kita adalah orang-orang yang belajar beradaptasi dengan teknologi yang mengejar kita dan pandemik ini benar-benar memaksa kita semua tanpa kecuali untuk beradaptasi lebih cepat. Bayangkan kawan-kawan dan saudara-saudara kita di sisi terluar, terjauh dan terbelakang dari sisi teknologi di negeri tercinta ini. Apakah kita akan semakin terpisah jaman meskipun hidup pada tahun yang sama? hemm… bab ini baiklah saya renungkan nanti.
Peserta psikodrama dapat tetap dipersatukan dalam tele positif seperti yang saya jelaskan dalam fenomena psikodrama yaitu tentang Transferensi, Tele dan Encounter . Hal ini mungkin juga sudah terjadi sejak antusiasme peserta mendaftar mengikuti webinar yang terbentang dari Aceh sampai Bali. Semangat belajar dari kawan-kawan dibalik sinyal internet yang kadang tak bisa kita duga, kita telah dipersatukan oleh dorongan belajar memahami peran. So lets do it!.. .be spontan!. Apapun yang terjadi, memang begitulah proses belajar terjadi. Setiap tahapannya perlu dirasakan dengan penuh kesadaran dan emosi positif. Beruntung saya belajar psikodrama, sehingga masalah-masalah apapun yang terjadi menjadi lebih santai dijalani tanpa rasa takut, malu atau terganggu secara emosional. Bila peserta merasa terganggu, kepada siapa rasa terganggu ini perlu kita arahkan? kita tak mungkin mengendalikan situasi diluar lingkar pengaruh kita. Tiga kali koneksi internet telah terputus secara tiba-tiba, meskipun saya menggunakan layanan berbayar premium dari provider terpercaya. Lucu juga ternyata. ha ha ha..
Tentu saja banyak hal lainnya yang kemudian saya catat juga sebagai pembelajaran lebih lanjut, selain hal teknis tersebut. Pengelolaan pola komunikasi webinar baru benar-benar saya rasakan saat pandemik, terutama ketika materi psikodrama semestinya dilakukan melalui interaksi dalam grup, sedangkan peserta terpaksa di bungkam demi kegiatan sharing materi dan suara saya dapat terdengar oleh seluruh peserta tanpa terpengaruh oleh berbagai suara latar belakang yang datang dari penjuru pelosok negeri ini. Jadi kita berinteraksi melalui rasa dan pikiran kita masing-masing yang hanya kita saja yang tahu seperti apa wujudnya. Semoga hal itu dapat dirasakan, walaupun sayapun tak memberikan jaminan dan tak layak berharap. Tetapi psikodrama mengajarkan kesadaran akan diri sendiri, self awareness, apa yang ada dalam pikiran, perasaan dan tindakan masing-masing orang perlu terintegrasi sehingga kita dapat berada dalam satu gelombang pada momen yang sama. Maka bila hal itu tercapai, kita sudah melakukan psikodrama walaupun melalui layar webinar.
Psikodrama, adalah metode yang pada awalnya digunakan sebagai psikoterapi yang menekankan pada aksi /tindakan dramatik dari klien secara spontan (tanpa naskah) untuk mengeksplorasi berbagai situasi spesifik dalam kehidupannya di masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Metode yang digagas oleh psikiater Eropa, Jacob Levy Moreno yang kemudian dikembangkan bersama-sama isterinya Zerka Toeman Moreno, sebetulnya dapat menjadi metode yang powerfull untuk memfasilitasi pertumbuhan pribadi yang lebih baik (personal growth).
Sasaran utama yang ingin dicapai dari psikodrama adalah dapat membantu individu untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai dirinya hingga individu dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhannya dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya (Corey, 2005).
Dalam prakteknya, tujuan psikodrama berkembang untuk dimanfaatkan pada semua setting kehidupan, baik dalam pengertian preventif, kuratif maupun pengembangan diri secara pribadi ataupun organisasi. Metoda ini dapat dipergunakan pada setting Pendidikan, Psikologi klinik untuk tujuan terapi ataupun pelatihan profesional dalam bidang industri dan bisnis. Dalam sesi psikodrama, setiap individu distimulasi untuk bebas mengekspresikan emosi, perasaan yang kuat yang terkait permasalahan/ konflik yang belum terselesaikan di masa lalu, mengklarifikasi kejadian-kejadian spesifik yg dialami di masa sekarang ataupun membayangkan masa yang akan datang.
Moreno tidak menceritakan tentang media psikodrama. Sebagai sebuah pendekatan yang terbuka, justru kreatifitas dan eksplorasi menjadi kekhasan dari teknik ini. Terkadang menjadi sulit bagi yang tidak memiliki kesempatan berlatih untuk merasakan dan memahaminya. Sebab ibarat suatu bahan baku kue yang terdiri dari tepung, gula dan telur, maka psikodrama dapat diramu menjadi makanan berbentuk donat, bolu, bapau, roti dan lain-lain, hanya dengan perbedaan proses dan cara memasaknya. Anda hanya akan tahu bagaimana memasak bila anda berpraktek, bukan dengan membaca resepnya.
Belajar dari film hanyalah sebuah media, agar peserta terhubung dalam gerak aksi secara visual tentang bagaimana kita belajar merasakan peranan kita dalam kehidupan yang dapat kita ekstraksi melalui tokoh-tokoh yang kita nonton. Apakah kita mampu terhubung dengan mereka, menemukan inspirasi dan insight tentang kehidupan masing-masing melalui peran yang dimainkan? Apakah dalam situasi pandemik ini kita perlu berubah peran? Peran apa atau yang mana yang mampu beradaptasi secara fleksibel dalam menghadapi situasi saat ini?. Apakah kita bertumbuh secara pribadi atau justru menghadapi konflik peran dan membutuhkan penyesuaian dengan menemukan peran lain yang lebih sesuai?
Tidak mudah menjawab pertanyaan itu secara spontan, bukan hanya seringkali kita takut salah, kebiasaan untuk menilai situasi /judgement membuat kita cenderung menjaga image, gambaran kepantasan dari prilaku kita, sebelum mencobanya. Semakin penting menyadari bahwa psikodrama sekali lagi menunjukkan pada kita, bahwa masih banyak orang yang demam panggung dalam menjalani drama kehidupan ini. Seketika kita lupa bahwa sebuah drama hanyalah permainan dan kita boleh saja salah, karena kita akan lakukan latihan berulang lagi, sehingga kita berhasil menemukan peran kita yang sesuai saat kita menyadari potensi terbaik kita pada saatnya. Kematangan seseorang akan muncul pada situasi dimana mereka tak pernah takut terlihat salah atau tak sempurna. Psikodrama melatih kita untuk melihat bahwa kesalahan adalah manusiawi dan semua orang berhak untuk dihormati. salah satu teknik psikodrama sudah pernah saya tuliskan sebelumnya dalam tema Sosiometri dan kehendak bebas untuk memilih
Psikodrama mengajarkan agar dalam hidup kita tidak bermain drama, alih-alih memakai topeng dan berpura-pura seperti permainan film, psikodrama mendorong anggota kelompok untuk belajar jujur pada diri sendiri. Psikodrama melalui teknik sosiometri yang dilakukan oleh direktor yang handal mampu mendorong anggota grupnya untuk memahami apa yang sesungguhnya terjadi dalam prosesnya menjalani peran. Sehingga tranformasi peran dapat terjadi melalui relasi dalam kelompok. Kelompok yang terbentuk dengan baik dapat menjembatani pertumbuhan transenden anggotanya seperti kita lihat bagaimana Po panda mengubah dirinya menjadi seorang Dragon Warrior. Anda hanya tinggal memberikan kepercayaan padanya, percaya pada orang lain untuk bertumbuh dan tentu saja pada diri kita sendiri bahwa setiap kita mampu melakukan peran terbaik dalam hidup kita masing-masing.
Sekali lagi, karena eksperimentasi psikodrama melalui webinar ini, maka apapun bisa terjadi pada anggota grup yang terpisah secara fisik namun semoga terikat dalam tele yang memberdayakan. Webinar inipun hanya bisa kita lakukan karena tele yang positif dari sahabat-sahabat dibelakang layar yang bekerja dengan penuh semangat dan cinta, Amel, Ciko dan Heni. Saya percaya melalui pengalaman psikodrama pula pucuk cinta kami bersemi. demikian juga dengan senior Psikolog peserta acara dan kawan-kawan lain yang baru saya sempat kenal melalui dunia maya ini. Selamat berlatih secara mandiri melalui proses perenungan reflektif dalam momen mindfulness di rumah masing-masing.
Sampai jumpa lagi dalam sesi psikodrama lainnya.
Bandung, 10 Juni 2020