Mindfulness dalam Islam
Pondasi dari muroqobah adalah mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi kita setiap saat
Konsep mindfulness bukanlah hal baru. Secara istilah mungkin lebih dikenal dan terkoneksi dengan praktek meditasi atau yoga dalam tradisi Budha. Meskipun sebagai jalan spiritual, beberapa praktisi meditasi atau yoga tidak selalu melakukannya sebagai aktivitas formal agama tersebut. Bahkan yoga lebih dikenal sebagai aktivitas olah raga dan olah nafas untuk kesehatan dan relaksasi. Meditasi sebagai salah satu latihan mindfulness dimulai dengan mengamati napas dengan duduk dalam posisi yang ergonomis untuk postur tubuh.
Sedangkan mindfulness secara lebih luas dapat kita latih pada berbagai metoda dan konteks yang beragam. Selain meditasi dan yoga secara formal, mindfulness juga dilatih saat berpikir, berjalan, tidur, makan, mendengarkan musik, memasak bahkan saat berbicara. Kita akan mengenal CBT mindfulness, eating mindfulness, walking mindfulness, listening atau audio mindfulness, dll.
Pada khasanah islam, kita mengetahui kisah Nabi Muhammad meluangkan waktu untuk duduk menyendiri di Gua Hiro dan menggunakan waktunya secara khusus untuk merenung. Konon, kegiatan itu juga umum terjadi pada masyarakat arab, khususnya bagi orang-orang tertentu sebagai praktek kehidupan spiritual untuk menemukan kebijaksanaan hidup.
Mindfulness bertujuan untuk mencapai kesehatan mental dan kematangan emosi. Fokus perhatian adalah nafas, tubuh, pikiran atau perasan. Pada islamic mindfulness, Allah menjadi pusat dari kesadaran. Tujuan yang ingin dicapaipun tidak sekedar kesehatan mental dan kebahagiaan, juga meliputi kesehatan spiritual. Objek yang diawasi bukan hanya pikiran tetapi juga hati yang terkoneksi dengan tubuh juga jiwa. Unsur jiwa yang berbeda dengan konsep psikis (self) dalam psikologi barat menjadi titik perbedaan penting dalam konsep psikologi islam. Psikologi islam memiliki paradigma yang berbeda dengan psikologi barat yang sekuler. Beberapa teknik yang digunakan dalam praktek psikologi islam banyak digali dari khasanah tasawuf. Tasawuf sendiri bagi sebagian non muslim tanpa melibatkan agama islam secara formal, masih dapat diterima sebagai salah satu pendekatan spiritual. Dengan demikian kita dapat meninjau sisi mindfulness sebagai metoda atau pendekatan baik untuk tujuan kesehatan mental, kebahagian atau pencapain tingkat spiritual.
Dalam praktek spiritual islam, yang kita kenal sebagai ajaran tasawuf ini, dikenal salah satu metoda Muroqobah. Muroqobah mengacu pada makna mengawasi, mengamati dan memberikan perhatian. Suatu kondisi muroqobah adalah pemahaman yang terus menerus bahwa Tuhan yang senantiasa mengawasinya baik lahir maupun batin. Muroqobah dapat disetarakan dengan metoda mindfulness walaupun dengan tujuan yang lebih luas.
Kondisi penuh kesadaran dalam hubungan dengan Allah ini adalah ketika seseorang sampai pada tingkat ihsan (bahasa arab; kondisi terbaik), saat ia terhubung dengan Allah, baik hati, pikiran dan tubuhnya. Pengertian Ihsan dalam konteks agama islam adalah melakukan ibadah seolah-olah melihat Allah SWT, dan walaupun kita tak bisa melihatnya, menyakini bahwa Allah melihat kita. Puncak dari kesadaran beragama dalam islam adalah Ihsan. Kita dapat melihat perbedaan penting lainnya, bahwa Islamic mindfulness tidak dapat dipisahkan dari tujuan beragama.
Pondasi dari muroqobah adalah mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi kita setiap saat, dan seluruh konsekwensinya, maka kita akan lebih memperhatikan dan peduli pada setiap tindakan, pikiran, perasaan dan kondisi batin kita.
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan. (QS AlBaqoroh.77)
Muroqobah merupakah latihan agar pikiran kita lebih disiplin dalam ibadah dan aktivitas sehari-hari.
Beberapa aktivitas ibadah praktis dalam agama islam seperti zikir, berdoa dan shalat dilakukan dengan mengarahkan perhatian, dan membentuk pengalaman present moment. Aktifitas spiritual, memiliki pola atau siklus yang sama dalam upaya untuk membangun koneksi dengan diri sendiri (self awareness) serta mencapai kesejahteraan mental (wellbeing-dalam psikologi positif) atau kebahagiaan (happiness), selain tentu saja mencapai tingkah spiritualitas tertentu.
Mindfulness dan shalat
Pada aktvitas ibadah shalat diperlukan “kehadiran”, terkait dengan pikiran dan dorongan kita. Menyadari gerak tubuh, apa yang diucapkan, dan fokus pada semua tindakan mengarah pada Yang Ilahi.
Shalat membutuhkan kehadiran fokus (Attention), disertai sikap tubuh tertentu (Attitude, gerak, tingkah laku), kalimat yang diucapkan dan juga arah (intention) kesadaran yang harus dihadirkan pada momen itu. Tiga hal ini merupakan unsur mindfulness. Shalat tentu saja tidak sama dan tidak menunjukkan hubungan kesetaraan dengan mindfulness secara umum.
Aktivitas mindfulness dalam shalat sangat lengkap, melibatkan pikiran, perasan, gerak tubuh dan pola hidup disiplin sehari-hari.
Shalat dilakukan secara rutin, terjadwal, dengan aturan terstruktur, waktu yang telah ditetapkan setiap hari. Aktivitas ini sudah memperlihatkan memenuhi prinsip-prinsip dasar pembentukan perilaku dan pengembangan kepribadian, watak atau virtue dalam pandangan psikologi positif. Orang yang melakukannya harus melakukan dalam keadaan sadar (self awareness), tidak boleh mabuk, tertib dan rileks ( tumakninah). Selain aturan formal yang memandu praktek formal aktivitas ibadahnya, juga diperlukan sikap mental yang merendah pada Allah swt ( kepasrahan tertinggi pada Tuhan- Takwa).
Manfaat dan hikmah shalat bagi kesehatan baik fisik, mental dan tentu saja spiritual sudah sangat banyak dibahas. Bahkan dengan pendekatan imunologi ( DR Shaleh, 2021) yang menjelaskan mekanisme faali dan sistem hormonal yang membentuk rasa sejahtera dan bahagia dapat dibuktikan secara kuantitatif.
Shalat yang dilaksanakan dengan mindfulness, melatih pikiran positif, prasangka baik pada Tuhan, juga rasa syukur. Selanjutnya terkoneksi dengan sumber tertinggi dari kebahagiaan hidup secara spiritual. Dalam istilah alquran, kita mengenalnya sebagai mi’rajnya seorang mukmin adalah shalatnya.
Orang yang shalat memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri (positif thingking), lebih damai dan mampu mengelola perilakunya secara terarah sehingga dapat mencegahnya dari perbuatan buruk.
Sesunggauhnya Shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. (Alqur’an)
Beberapa konsep lain dalam khasanah Islam juga sangat dekat dengan membangun kesadaran sebagaimana proses mindfulness, yaitu berdoa dan berzikir.
Berdoa dan mindfulness
Dari Abdullah bin Abbas ra, dia berkata Rasulullah bersabda,”Ingatlah Allah, dan Allah akan melindungi Anda. Ingatlah Allah, dan Anda akan menemukan Dia di depan Anda. Jika Anda (harus) meminta, mintalah kepada Allah; dan jika kamu mencari pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa sekalipun suatu umat (atau seluruh umat) berkumpul untuk memberi manfaat bagimu dengan sesuatu, mereka tidak akan memberi manfaat kepadamu kecuali apa yang telah dicatat Allah untukmu, dan bahwa jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat mencelakaimu dengan apa pun kecuali apa yang telah dicatat Allah terhadapmu. Pena telah diangkat dan halaman telah kering. (HR Tirmidzi)
Keyakinan yang benar dan berpikir positif, memandu pikiran kita untuk melihat kebaikan dari segala sesuatu. Orang yang memiliki keyakinan dan mampu mengelola pikirannya pada suatu kondisi/state mindful, ia tak terombang ambing oleh masa lalu atau masa depan. Apa yang akan terjadi, sudah tersurat dalam takdirnya dan apa yang akan dialami sudah menjadi ketetapan Allah. Maka dirinya akan menjalani saat ini dengan penuh rasa syukur, selalu memiliki pengharapan positif dan mampu melepaskan beban masa lalunya dengan kerelaan.
Nabi saw bersabda:
“Alangkah indahnya urusan seorang mukmin, karena semua urusannya adalah baik, dan itu tidak berlaku bagi siapa pun kecuali orang mukmin. Jika sesuatu yang baik terjadi padanya, dia bersyukur, dan itu baik untuknya; jika sesuatu yang buruk menimpanya, dia menanggungnya dengan kesabaran, dan itu baik baginya.” (HR Muslim)
Zikir mindfulness
Zikir membantu kita untuk terkoneksi dengan Allah. Zikir sangat mudah dan dapat dilakukan setiap saat dalam kehidupan kita.
Ketika zikir dipasangkan dengan mindfulness, kita bukan hanya membebaskan pikiran dari rasa cemas, tetapi juga kita terhubung karena perasaan yang sebenarnya datang dari hati.
Tujuh komponen mindfulness dalam islam meliputi aktivitas :
1.TADABBUR (Mencari hikmah dalam ilmu)
Mencari hakekat kebenaran melalui ilmu dalam setiap perbuatan dan keberadaan.
Untuk mendapatkan “pola makan ilmu” (pengetahuan) yang teratur setiap hari dan kemudian membuang barang-barang berbahaya dan menjaga apa yang sehat dan bermanfaat bagi jiwa.
2. TAFFAKUR (Merefleksikan apa yang diketahui dan diamati)
Renungkan apa yang telah Anda pelajari. Amati, pelajari, dan lepaskan spiritualitas batin Anda untuk membawa Anda ke arah kebijaksanaan.
3. TASABBUR (sabar konsisten dengan syukur)
Bersabarlah dengan dunia di sekitar Anda dan dengan diri Anda sendiri. Jangan mencari kepuasan segera, karena itu tidak akan membantu Anda mencapai kedamaian batin dalam jangka panjang.
4. TAZKIYAH (Penyucian Hati)
Berikut adalah lima pintu gerbang menuju hati spiritual kita (lima indera). Jangan biarkan pengaruh yang merusak memasuki hati Anda melalui pintu gerbang ini. Jaga mereka dengan waspada dan saring pendatang untuk kejelasan, keindahan, dan ketulusan.
5. TASHAKKUR (Syukur)
Gunakan kata-kata terima kasih setiap hari sebagai bagian dari kosakata normal Anda. Gunakan kata-kata syukur setelah tindakan duniawi seperti makan dan setelah menyaksikan keindahan matahari terbenam dan banyak lagi. Tanamkan dalam kehidupan sehari-hari Anda.
6. TAQWA (Berhati-hati dan selalu ingat pada Allah SWT)
Sadarilah Kehadiran Ilahi dalam hidup Anda setiap saat, sebagai sumber cinta, kebaikan, dan panduan untuk perhatian penuh.
Ingatlah untuk berada di tempat yang Tuhan inginkan agar Anda hadir dan tidak hadir di tempat yang Dia tidak inginkan. Dia adalah Pencipta kita dan Dia, Yang Mahakuasa tahu yang terbaik! Al Khabir.
7. TAWAKKUL (Kepasrahan total kepada Allah SWT)
Tawakal berarti bertawakal kepada Allah sekaligus melaksanakan cara-cara yang telah dibolehkan.
**
Sumber bacaan :
Prof Muhammad Al-Mahdi Jenkins & DR. Abdul Aziz (2016),Psikologi Islam Positif
Kaushar- Tai (Director of Aksaa), Mindfulness in Islam
How to be a Mindful Muslim: An Exercise in Islamic Meditation — By Justin Parrot (Yaqeen Institute)