Menuliskan Catatan Akhir Tahun

Iip Fariha
4 min readNov 18, 2020

#masih tentang jurnaling

Photo by Kimberly Farmer on Unsplash

Saya memiliki dua dus buku catatan, yang belum sempat diperiksa ulang sejak buku-buku itu saya pindahkan dari rumah lama, sementara buku lain sudah saya tata di rak. Berbagai jenis buku agenda, kertas yang penuh dengan catatan tulisan tangan, ketikan dan mungkin lembaran-lembaran fotokopian. Pastinya akan sangat mengejutkan bila melihat isinya dan menyadari banyak hal yang pernah saya lewati dalam waktu yang cukup panjang. Itulah diary, bulletin, jurnal, catatan resume, tulisan inspirasi dan entah apa lagi, yang sebagian tidak ingin dibaca atau cukup menjadi rahasia pribadi.

Catatan itu mungkin juga tidak terlalu penting lagi. Lagipula tulisan tangan saya tidak pernah rapi dan semua itu sudah berlalu. Lagi pula setiap tahun selalu ada buku catatan. Setiap akhir tahun saya selalu menyempatkan merenungkan ulang apa yang pernah saya tuliskan dalam rencana dan harapan awal tahun, maka secara sederhananya saya sudah mencoba mengelola dan mencatat perjalanan hidup ini dengan baik.

Bila kita memiliki tujuan, tujuan itu memang harus konkret, terarah, logis, dapat diukur dan dapat dicapai sesuai waktu yang tersedia. Semua rumusan tujuan atau target-target itu tentunya sesuatu yang memiliki makna bagi kita.

Tujuan, target, sasaran baik jangka pendek ataupun jangka panjang memang lebih populer dalam kegiatan bisnis dan manajemen. Padahal hal-hal seperti ini juga penting dilakukan bagi seorang guru, mahasiswa, seorang ibu dan sebagai pribadi, siapa pun Anda. Sebab kita semua tentu memiliki kepentingan dalam hidup kita dalam konteksnya masing-masing.

Saya tidak akan terlalu jauh membahas tujuan hidup manusia dari sisi penciptaaan dan kehadirannya di dunia. Saya mencoba berfokus pada jangka waktu atau usia yang relatif kita hayati sebagai peluang paling sempit dalam kehidupan manusia dari tahun ke tahun. Walaupun kelak, ketika kita merumuskan tentang apa yang ingin dicapai dalam satu tahun ke depan misalnya, pemikiran kita tentu sangat diwarnai oleh nilai-nilai dan makna hidup yang kita usung, melampaui masa dan perhatian kita yang sempit dalam aktivitas rutin semata.

Saya tahu, tidak semua orang biasa menuliskan, ada yang lebih senang merenungkannya saja. Seperti dalam tulisan saya tentang Jurnaling.

Jurnaling hanyalah cara dan gaya kita, yang esensi adalah kesadaran kita tentang apa yang sedang kita jalani. Bukan berarti ini juga terlalu memaksakan diri untuk bersikap terlalu filosofis, meskipun secara praktis pada dasarnya semua orang mungkin berpikir dan merenung seperti para filsuf. Saya juga tidak ingin memisahkan pemikiran ini dari pengalaman spiritual kita karena semua manusia memiliki penghayatan dalam cara keberagamaannya masing-masing. Maka ketika saya sebut kita sebagai manusia, semua pembicaraan mengacu pada konteks diri kita sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dan memiliki kesempatan untuk bereksistensi di muka bumi ini dan berelasi dengan manusia lainnya lalu membangun budaya dan peradabannya sesuai kesempatan yang diberikan pada kita.

Maka merenungkan apa yang akan atau ingin kita lakukan dalam hidup, walau hanya dalam satu tahun ini, tentunya meliputi peran-peran kita sebagai diri pribadi, juga dalam kaitannya dengan keluarga, masyarakat, negara tempat kita berbangsa dan manusia sebagai hamba Tuhan.

Mari kita mulai saja dengan menstimulasi diri kita antara lain dengan pertanyaan seperti berikut ini.

“Selama satu tahun ini, hal-hal besar apa sih yang sudah saya lakukan, apa yang terjadi dan teralami?”sesuatu yang mungkin sangat penting dan mengubah diri kita hari ini.

“Apa yang tidak pernah berubah atau justru ingin selalu dipertahankan?”

Kalau mengamati usia yang telah lewat satu tahun berlalu, tentu ada banyak orang yang bersinggungan dengan diri kita. Mereka orang-orang lama yang sudah kita kenal dan berelasi sepanjang tahun, atau mungkin ada orang-orang baru yang mewarnai hidup lebih baik. Mungkin ada yang justru memberikan kenangan buruk dan membuat kita terlibat dalam masalah. “Apakah Anda bisa menuliskannya dan menyebutkan pembelajaran apa yang berharga yang diperoleh dari orang yang bersangkutan?”

“Bagaimana dengan pasangan hidup Anda, keluarga, anak-anak dan tetangga dan kerabat?”.

“Apakah keuangan, pekerjaan, karier, pendidikan dan keterampilan hidup Anda berubah?”. “Apa yang penting Anda jaga dan apa yang menurut Anda lebih utama?”

Memang ada keinginan dan harapan yang tidak tercapai, tetapi ada juga kejutan dan hadiah-hadiah yang baik dalam hidup Anda. “Apakah anda ingin mengubahnya?”

“Apa yang pantas Anda peroleh dan layak Anda bagi pada orang lain?” Mungkin Anda tergerak untuk memberikan pemaafan dan hadiah bagi orang yang menyakiti Anda. Mungkin juga Anda ingin meminta maaf dan mengubah pengalaman dan sikap buruk Anda pada seseorang.

Anda memiliki keberlimpahan dan bahkan dapat membagikan kebahagiaan pada orang lain. Bisa jadi tidak semua hal benar-benar Anda suka, tetapi dapat Anda sebutkan hal-hal tertentu ternyata saat ini sangat patut Anda syukuri. Cobalah membuat jurnal syukur secara lebih tulus dan benar-benar bersyukur.

Pada satu tahun yang akan datang, tentu ingin kita mendapatkan hal yang lebih baik dan utama. Selanjutnya Anda bisa menuliskan hal-hal yang akan Anda lakukan, pencapaian yang mungkin dapat Anda kejar dan kualitas hidup apa yang patut Anda miliki di tahun 2021 nanti.

Saya sudah mulai mencicil, beberapa catatan kecil semacam evaluasi diri, menimbang ulang tentang keluarga, keuangan, bisnis, karya, perjalanan karier, kegiatan belajar dan hal-hal yang sudah biasa saya lakukan secara rutin dari hari ke hari. Saya mulai berkemas untuk “menimbang diri sendiri” lebih utuh dan ternyata teramat banyak yang perlu kita benahi. Ada banyak yang selalu saja terlewatkan, hal-hal buruk, selain tentu hal-hal yang berlimpah dari kesemestaan hidup kita selama ini. Ada yang perlu saya maafkan, baik orang lain maupun diri sendiri, tetapi ada juga yang perlu kita apresiasi dan berterima kasih pada orang lain serta syukur yang tak ada habisnya pada Tuhan yang Mahakasih.

Bila kita masih dititipi umur satu tahun ke depan lagi, saya pun masih perlu berkemas ulang, agar perjalanan ini lebih ringan, lebih baik dan lebih menyenangkan. Banyak hal yang perlu kita lepaskan, dan banyak juga yang perlu kita kejar.

Apakah anda siap merenungkannya? Mari kita berkemas.

Bandung, 18 November 2020

--

--

Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama