Menjemput Bahagia

Iip Fariha
2 min readOct 15, 2021

--

Kita bisa merasakan bahagia, lebih dari sekedar menuliskannya.

Photo by Marc Sendra Martorell on Unsplash

Kau tak kan pernah tahu apa itu bahagia

sebelum kau tahu apa itu akhir dunia

sebelum kau berani tegap menjemput maut

sebelum kau berani untuk hidup

sebelum kau berani mengerti jiwamu

jiwa mana yang menggerakan arah perjalananmu

apakah kudamu berlari tanpa pelana menyusuri fujur

atau sang penarik kereta berjalan teliti takut tergusur

Beruntunglah kau penunggang kuda yang mengerti jalan bercabang

langkah membawa tujuan sampai di bukit sebrang

setiap saat membasuh jiwa merawat kesucian

beruntunglah kau tahu jalan keabadian

maka turunkan keningmu pada sajadah

bumi tempat berpijak juga tempat merendah

temuilah Sang Kuasa menuntun jiwa berkehendak fitrah

akhirmu lebih baik dari hari penuh resah gelisah

hari ini dikenang sebagai hari pertempuran sesaat saja

derita yang kau kira nestapa dunia sementara

memilah jalan dipersimpangan jangan membuatmu letih

bertempurlah bersama kudamu yang terlatih

bertempurlah dan singkirkan akal monyetmu

dukung kebenaran dan kebaikan jiwa malaikatmu

jihad berakhir hingga ujung usia diambil terakhir

matilah segera sebelum kau mati, kata Rumi kusitir

maka jiwamu hidup bersama yang Maha hidup selalu

mengerti hakekat hidup dan mati hanyalah satu

bahagia itu saat kau bersama Dia

tak ada sedih ataupun duka

Bandung, 13 September 2021

##

Menuju Puncak

siapakan dia di dalam sana

yang berpikir dan bertindak

kumengenalnya seperti burung merpati yang jinak

Berarak berdendang bersama sanak kerabat

melenakan waktu menyisakan hati berjarak

Saat jiwamu bebas dan terhubung

Terbang menuju puncak gunung

menatap langit menembus cakrawala

Berharap menemukan Jati diri dari dunia yang fana

terbuat dari apakah hatimu wahai khalifah

ma’rifatmu mewujud mutmainnah

tanpa rasa takut memilih bahagia

tinggalkan kesedihan terpisah dari Penguasa semesta

Bandung, 15 Oktober 2021

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

Responses (1)