Photo by Kate Kalvach on Unsplash

Menjadi sahabat yang asyik untuk ngobrol

Iip Fariha

--

Kata siapa kita tidak memiliki potensi untuk menolong orang lain? Sekedar mendengarkan keluh kesah orang lain dapat memberikan inspirasi dan kita tak pernah tahu sejauhmana potensi mereka dapat bertumbuh.

Semua orang senang didengarkan, dan semua orang bisa belajar menjadi pendengar yang baik.

Berikut pengalaman menarik dari seorang sahabat, Melati, Psikolog Amatir (kelak dia akan menjadi psikolog yang hebat, saya percaya itu) yang bercerita bagaimana Ia bertumbuh menjadi pribadi yang asyik untuk kawan dan dirinyapun menjadi lebih baik.

Satu bulan lalu kami bersapa, dan saya masih ingat apa yang disampaikannya. Saya menggunakan teknik mirorring dalam psikodrama; mengirim ulang obrolan itu ke chat WA nya. Sekedar mengingatkan, sederhana, tetapi hal ini dapat menjadi proses evaluasi yang baik bagi pertumbuhan diri seseorang. Mari kita baca apa respon Melati.

Setelah sharing dengan Teh Iip , ada beberapa kemajuan dalam diri saya:

1. Self Care First

Dulu, teman saya mengajak gabung di komunitas online nya, ternyata saya tidakk cocok & terbebani dengan tugasnya.

Tapi tetap saya tetap lakukan karena takut mengecewakan dia.

Saya ingat hasil sharing dg Teh Iip: “self care first”

Akhirnya saya beranikan diri untuk izin keluar dari sana.

Saya tau saya akan mengecewakan dia, tapi saya sadar, diri saya lebih utama untuk dijaga.

2. Berani menolak ketika belum mampu.

Beberapa hari yg lalu, saya mengisi sharing session dengan teman2 komunitas.

Ada 10 pertanyaan yg masuk (kebanyakan curhat)

Biasanya saya tidak enakan jika tidak bisa menanggapi curhat teman-teman. Dan akan merasa bersalah.

Tapi kemarin bisa dengan tenang saya katakan:

“Mohon maaf, saya hanya bisa menjawab 5 pertanyaan, yang lainnya saya belum kompeten untuk menjawabnya.

Tidak ada lagi rasa bersalah,

Karena saya ingat kata Teh Iip: “sampaikan ketidaksiapan, orang lain bukan tanggung jawab dirimu”

3. Hanya perlu menjadi keranjang sampah yg bolong.

Selesai acara, masuk 2 japri ke saya untuk curhat masalah hidup ttg perselingkuhan orang tua dan keluarga broken home.

Dalam hati saya berkata, “Aduh berat banget, apakah saya bisa membantunya?”

Tapi saya ingat kata Teh Iip: “saat ini kamu hanya perlu menjadi keranjang sampah yang bolong”

Saya katakan pada diri saya: “kamu cuma jadi keranjang sampah yang bolong aja, nggak usah mikir untuk bantu nyelesain, nggak usah mikir gimana-gimana”

Alhamdulilah selesai, saya berhasil.

Tidak ada beban saat proses menanggapi, sampai akhirnya dia bisa mengambil hikmah sendiri. Saya hanya menanggapi, memahami, bertanya, mengulangi perkataannya.

Ternyata, kuncinya cukup jadi teman bicara aja, nggak usah harus gimana-gimana (nggak harus ngasih solusi/saran/teknik2).

Seneng betul melihat orang lain bisa terbantu. Jadi energi untuk menambah kekuatan & kepercayaan diri saya.

“Teh saya sekalian mau nyampein ke teteh, progres saya setelah sharing waktu itu!”

Bandung, 10 April 2020

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

Responses (1)