Koleksi pribadi

Menikahlah denganku

Iip Fariha
5 min readJul 27, 2020

Catatan hadiah pernikahan pasangan SPN Salman

Melamarmu

BADAI ROMANTIC PROJECT

Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik, dengarkanlah aku

Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamarmu

….

Itu adalah penggalan lagu yang tak sengaja saya temukan, mengingatkan saya pada ikhtiar kami mempertemukan dua insan dalam biduk pernikahan melalui kegiatan taaruf. Saya belum lama terlibat dalam kegiatan Sekolah Pranikah Salman, walaupun sudah lama mengetahui kegiatan ini sejak saya mahasiswa dan juga sama-sama berproses menemukan jodoh terbaik. Kegiatan yang awalnya saya kenal dalam bentuk seminar pranikah, bertransformasi menjadi pelatihan dan dipastikan akan menjadi trend seumur hidup dalam bentuk sekolah pranikah.

Apakah untuk menikah perlu sekolah dulu? Setelah menjalani dan mengamati apa yang terjadi, ternyata sangat penting meskipun tidak wajib. Sebentar lagi ada peluang KUA mulai menerapkan syarat sertifikat sekolah pranikah dalam lampiran pendaftaran menikah. naah… kita lihat saja.

Kisah cinta selalu menarik dan mengagumkan. Tetapi pernikahan bukanlah sekedar cinta saat mengumpulkan keberanian untuk melamar dan berhasil menuju ke pelaminan. Kisah cinta menuju pernikahan, suatu proses yang rumit dan terkadang tak terduga. Proses menemukan jodoh saja sudah menjadi kisah satu novel cinta tersendiri. Teramat banyak lagu cinta, puisi, novel, cerpen dan tips tentang cinta, buku tentang perjodohan, hadiah perkawinan sampai tips menghadapi konflik yang terjadi dalam rumah tangga mudah ditemukan di toko buku. Ini karena membahas tentang cinta dan keluarga merupakan sesuatu yang sexy, so inilah kisah cinta yang dialami oleh semua insan termasuk diri sendiri yang menuliskannya.

Maka berkesempatan untuk mengiringi sebuah kisah cinta dua sejola yang berikhtiar menemukan jodoh terbaik merupakan suatu pengalaman yang penuh libatan emosi antara harap dan cemas, seperti mengalami kembali dejavu, seolah-olah kita sudah pernah melihat dan merasakan kejadian yang kita alami sekarang di masa lalu. Padahal memang setiap orang pernah melewati fase menaksir lawan jenis, mencintai atau berharap dicintai, merasakan bagaimana turbulensi emosinya dan ketakutan-kebahagiannya. Kira-kira seperti bermain dalam roller coaster, terkadang menguras energi dan air mata. Hanya tentu saja kisahnya tidaklah sama persis, justru karena kasusnya sangat personal maka kita memiliki kisah cinta sejumlah manusia yang ada di dunia. Menarik bukan?

Kisah cinta sejati yang sedang dicari dalam pernikahan, tentu tidak sekedar menemukan pasangan yang nge-klik. Menemukan pasangan bukan tentang saya suka kamu dan inginkan dirimu menjadi ayah atau ibu dari anak-anakku. Atau tentang menjalin cinta pertama dan terakhir sepanjang hidup dan setia sampai mati. Atau tentang rasa menjaga hati yang hanya bisa dibalut oleh dirinya. Bukan tentang berkomitmen untuk menjaga kehormatan diri masing-masing. Bukan tentang menyerah pada hati untuk tulus berbagi dan bersama menggarungi biduk kehidupan. Bukan tentang rasa yang datang tanpa diundang sejak pandangan pertama. Tapi tentang itu semua untuk memenuhi setengah agama, dimana setengahnya lagi adalah taqwa. Cinta seperti apa yang akan meliputi keduanya, tidaklah bisa dijelaskan dengan teori dan bahasa normatif. Karena dunia kata kita amatlah terbatas untuk menjelaskannya.

Saya merasa terberkati karena ikut terlibat menjadi salah satu narasumber dan konselor taaruf peserta sekolah pranikah salman untuk menemukan jodoh dengan cara yang begitu anggun. Meskipun keterlibatan saya sesungguhnya minim dibandingkan dengan tim mac comblang yang di gawangi Kang Mislam dan Teh Rahmi ini. Saya ikut berbangga saat ada yang berhasil mencapai finish-sementara. Menemukan pasangannya setelah melewati semua fase itu. Ini ikhtiar kita tentu saja, tak ada yang terjadi kecuali semua sudah tercatat di lauhul mahfudh. Umur, rizki, jodoh dan kematian kita sudah ditetapkan, maka dengan ikhtiar terbaik, berharap nasib kita akan mencapai takdir terbaik juga.

Namun sesungguhnya saya ingin mencatatkan disini, bahwa takdir terbaik itu adalah saat kita menjalaninya sampai akhir. Menjalani perjodohan itu belum berakhir. Pernikahan adalah sebuah bagian dari catatan perjalanan dalam hidup setiap insan sampai maut menjemput.

Kisah cinta sesungguhnya dimulai setelah akad dinyatakan sah oleh penghulu. Dimulailah biduk perahu keluarga berlayar di lautan kehidupan.

Kita sering mendengar perumpamaan tentang perjalanan keluarga itu seperti naik perahu dan mendayungnya bersama-sama suami istri. Mungkin karena begitu rapuhnya sebuah keluarga sehingga sangat mudah goyah oleh ombak dan karam oleh badai. Saya akan membayangkan saja sebuah kapal besar yang canggih dan tangguh, agar kita lebih yakin dan percaya bahwa pernikahan yang kita pilih adalah yang terbaik. Namun kita tahu sebuah kapal bukan untuk ditambat di dermaga. Kapal memang aman ada di pantai, tapi tidak untuk apa kapal itu itu diciptakan.

Saat kapal berlayar dan menempuh samudra kehidupan yang sesungguhnya, akan kita saksikan keindahan dan bahayanya sekaligus. Akan ada angin sepoi yang sejuk di pagi hari, matahari yang hangat, ombak yang menenangkan. Kita akan melihat pulau-pulau hijau dikejauhan atau mungkin gunung api laut yang gagah sekaligus sedikit menakutkan. Tampak sajian penghiburan dan keindahan dari samudra yang kaya, bila airnya jernih akan tampak ikan berenang, karang dan mungkin berbagai penghuni lautan bagian lebih dalam. Bila beruntung, barangkali kita akan dikejutkan kawanan ikan berkelompok, melompat dan berenang dalam proses migrasi antar samudra.

Langit di atas mempertunjukkan lukisan alan yang menawan, terlihat awan putih berarak, formasi burung yang kompak mengepakkan sayapnya, juga burung-burung lautan yang menikmati berkah makanan berlimpah tak jauh dari permukaan air. Semua itu perhiasan hidup dunia yang sering melenakan dan melalaikan.

Tak selalu perjalanan itu menyenangkan dan mempesona. Samudra menyimpan rasa asin lautan, tajamnya karang dan deru angin yang dapat merobek layar dan merobohkan tiang pancang kapal. Angin yang membantu kapal layar berlabuh, juga mampu menjungkirbalikkan perahu sebelum sampai di tujuan. Air hujan yang menjadi rahmat alam semesta ini, mampu juga menenggelamkan kapal dan penumpangnya tanpa ampun.

Melalui metopora itu, kita akan belajar melihat berbagai potensi keluarga dan sumber bahaya itu berasal dari unsur yang sama. Tidak ada keluarga yang terbebas dari problem, konflik dan juga kabar baik. Pertumbuhan keluarga terjadi selama proses menghadapi ujian saat datang badai juga saat angin sepoi-sepoi.

Jadi, sementara berbahagia mendapatkan pasangan hidup berikut kapal yang siap berlayar di samudra. Niatkan pula hati dan tujuan yang sama, pilihlah visi tentang hidup yang kelak akan menjadi pegangan perjalanan seperti kompas yang mengatur arah saat badai menghapus jejak perjalanan. Perjalanan cinta ini belum berakhir, kapal ini baru saja akan berlayar.

Selamat menempuh samudra kehidupan yang sesungguhnya, untuk Kang Setyo dan Teh Ceila , Semoga hati kalian senantiasa dipersatukan dalam ikatan taqwa dan meraih pernikahan sakinah, mawaddah. warahmah dalam kasih sayangNya.

Bandung, 27 Juli 2020

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet