Mengenal Mindfulness

Iip Fariha
4 min readSep 30, 2021

--

Mindfulness bertujuan untuk mencapai kebahagiaan

Photo by Levi XU on Unsplash

Kita mengenal Mindfulness dikembangkan dalam praktek meditasi dalam tradisi Budha, lebih dari 2600 tahun lalu. Thich Nhat Hanh dianggap sebagai tokoh Budhis Monk kekinian yang mengenalkan meditasi mindfulness pada dunia.

Tradisi mindfulness ini kemudian diadopsi seorang Psikolog barat Jon Kabat-Zinn untuk tujuan menurunkan stess seperti pada pasien depresi dengan pendekatan Mindfulness-Based Stress Reduction (MBSR) mulai sekitar tahun 1960. Beliau sangat dikenal menjadi seorang master mindfulness,https://www.mindfulnesscds.com/

Jon Kabat-Zinn seorang pioner dalam memanfaatkan pendekatan meditasi dalam penanganan kasus psikologi. Ia mendefinisikan meditasi mindfulness sebagai kesadaran diri yang muncul dari memusatkan perhatian, bertujuan dan hadir pada momen itu serta tidak menghakimi.

Mindfulness means paying attention in a particular way; on purpose, in the present moment and non-judgementally.” (Jon Kabat-Zinn)

Dengan fokus pada napas, mengolah perhatian pada tubuh dan pikiran dari satu momen ke momen lainya, dan juga membantu penderitaan secara fisik ataupun emosional. Secara personal Jon Kabat mempraktekan mindfulnes dengan teknik yoga setiap jam 05.00 pagi selama 5 menit kemudian ia duduk di atas bantal dan melakukan meditasi.

Terkadang orang menemukan dan menyadari bahwa penderitaan itu bukan dirinya, ia hanya bagian dari tubuh atau emosi atau pikirannya. Mindfulness membentuk pola relasi baru antara individu dengan rasa sakit atau masalahnya.

Menurut Shapiro & Schwartz, 2000, ada tiga aksioma dalam praktek mindfulness, yang disingkat IAA (Intention, Attention, Attitude). Ketiganya adalah aspek yang terjalin dari proses siklik dan terjadi secara simultan (proses dari waktu ke waktu) (shapiro & schwartz, 2000)

1. Intension atau niat dilakukan dengan sengaja, mengatur panggung untuk apa yang mungkin seperti memiliki visi pribadi, dinamis dan berkembang.

2. Attention atau Perhatian ; memperhatikan, menunjukkan adanya kesadaran saat ini ( di sini dan sekarang) ; kemampuan untuk mengalihkan fokus

3. Attitude atau Sikap; dengan cara tertentu (kualitas perhatian penuh); kualitas hati dalam perhatian; sebagai orientasi pada pengalaman, melibatkan rasa ingin tahu, rasa ingin tahu itu sendiri dan penerimaan.

Tujuh pilar utama perhatian:

1. Tidak menghakimi; hanya menonton apa pun yang muncul — itulah yang terjadi. tidak memberikan penilaian bisa atau tak bisa, baik buruk. Hal ini mirip dengan konsep dalam filsafat stoic yaitu bersikap netral tidak berpihak pada baik atau buruk.

2. Sabar; memahami dan menerima bahwa segala sesuatu harus terungkap pada waktunya sendiri. Menganggap, melihat segala sesuatu sebagai pertama kali.

3. Pikiran pemula; melihat dengan mata (de-clutterer) bahwa setiap momen, pada dasarnya unik, mengandung kemungkinan-kemungkinan unik.

4. Kepercayaan; tidak meniru, menjalani hidup sendiri, dan menghormati perasaan, intuisi, kebijaksanaan, dan kebaikan sendiri, menekankan menjadi diri sendiri dan memahami apa artinya menjadi diri sendiri.

5. Tidak berusaha; berusaha lebih sedikit dan menjadi lebih, undang, hal itu terjadi dalam diri kita sendiri, rangkul dan pegang dalam kesadaran.

6. Penerimaan; gambaran yang jelas & berdamai dengan hal-hal untuk menerima hal-hal sebagaimana adanya. jangan memaksakan “harus”

7. Melepaskan; membiarkan mereka pergi, membiarkan pengalaman kita menjadi apa adanya.

Manfaat mindfulness berdasarkan riset:

1. Lebih adaptif terhadap situasi (Jon kabat-Zinn)

2. Lebih sehat

3. Meningkatkan wellbeing (Ivtzan et al, 2016)

Cara Berlatih mindfulness, dapat dilakukan dengan tahapan secara umum sebagai berikut:

1. Pilih duduk yang nyaman

2. Tentukan batas waktu

3. Perhatikan tubuhmu

4. Rasakan nafasmu

5. Perhatikan ketika pikiranmu mengembara

6. Berbaik hatilah pada pikiranmu yang mengembara

Mengacu pada Thich Nhat Hanh, praktek meditasi mindfulness of breathing, bertujuan untuk mencapai kebahagiaan. Prakteknya tergolong sederhana. Dimulai dengan duduk meditasi, mereka mengatur napas dan melewati proses sebagai berikut:

1. Menyadari napas, breathing- in. Jadikan pikiran sebagai objek. Melepaskan semua lintasan pikiran apapun , yang ada hanya aku (individu) yang bernapas dan mengarahkan pikiran (objek) pada napas itu sendiri. Tidak terpengaruh oleh kenangan masa lalu ataupun masa depan. Pada tahap ini, praktisi meditasi hanya fokus pada nafas saja.

2. Ikuti nafas dengan pikiran apapun yang muncul itu

3. Menyadari ketubuhan. Merasakan kehadiran tubuh, dan mulai melepaskan ketegangan dan menikmati hadirnya tubuh yang menyatu dalam napas

4. Bersikap tenang

5. Membangkitkan rasa senang. Orang yang mindful menyadari bahwa hidup saat ini secara positif, hidup bahagia pada momen saat itu. Present moment itu diajarkan oleh Budha. Tidak perlu melihat kesuksesan di masa yanga akan datang, tapi menikmati kebahagian yang terjadi saat ini.

6. Membangkitkan kebahagian. Orang yang mindfulness akan merasakan kebahagiaan, ia menikmati hidup saat ini, mensyukurinya dan berpikir positif tentang semua hal.

7. Menyadari perasaan yang tidak menyenangkan atau menyakitkan . Terkadang orang memiliki kemarahan, kecemasan dan emosi negatif. Tidak perlu melawannya, atau melarikan diri dari rasa sakit, mindfulness mengajarkan untuk menerima dan berdamai dengan rasa sakit, kemarahan, penderitaan dan lain-lain. Seperti seorang ibu yang menjaga bayinya, demikian juga kesadaran mampu merangkul semua emosi negatif dengan penuh kasih menjadikan benih emosi itu tenang dan tidak merusak kebahagian kita. Benih emosi tersebut ada dalam kesadaran namun tidak perlu tumbuh menjadi formasi mental . Alih-alih merawat dan menumbuhkan emosi negatif, mindfulnes pun dapat ditumbuhkan dalam setiap momen seperti saat berjalan dan makan. Formasi mental mindfulness dapat tumbuh menjadi kuat atau lebih kuat dengan penderitaan yang dialami, sehingga dengan demikian ia dapat mengimbangi penderitaan yang ada.

8. Menyadari emosi negatif sebagai bagian dari diri, tanpa perlawanan, tetapi ia tenang seperti bayi dalam dekapan seorang ibu. calm down, take care of pain (the art of suffering). Pada fase ini, dapat dikatakan, “bunga lotus tumbuh dari lumpur”. Saat kita tahu bagaimana mengelola rasa sakit, maka kita mampu bertumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dan penuh kasih serta menemukan kebahagiaan.

Ada seorang teman bertanya, bagaimana metoda praktisnya untuk menciptakan mindfulness dalam menangani masalah psikologi dan bagaimana pandangan agama (islam) tentang hal ini?

hemmm.. kalau Anda tertarik, nantikan tulisan saya selanjutnya.

Bandung, 30 September 2021

###

--

--

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet