MENGAWASI DIRI
Akhir bulan oktober ini, saya mendapat tantangan untuk menulis dengan kata kunci “rahasia”. Lalu pada saat yang sama, di grup berbeda kami sedang membahas mindfulness dan berlatih untuk meningkatkan kesadaran diri untuk terkoneksi dengan diri sendiri, lingkungan dan alam semesta. Saya ingin menutupnya dengan suatu tulisan tentang berlatih mindfulness, mengawasi diri dan menyadari bahwa kita selalu diawasiNya.
##
Tentang rahasia
Adakah yang rahasia di dunia ini? Selain dokumen negara, laporan psikologi, curhat klien di klinik psikologi, dan surat cinta terlarang. Mungkin ada orang-orang tertentu yang sengaja bersiasat di malam hari dan dengan sengaja menyembunyikan pembicaraan dari pengamatan publik. Baik personal maupun hasil karya institusi, selalu ada sisi tersembunyi dari manusia.
Mengingat manusia memang makhluk terbatas jangkauan penglihatan dan pendengarannya, tentu kita tidak selalu mampu mengungkap hal-hal yang dirahasiakan orang lain, apalagi dengan cara-cara yang apik dan penuh perhitungan seperti dokumen penting lembaga intelegen.
Bagi yang tak memiliki urusan dan kaitan dengan hal-hal semacam itu, tentu juga tak perlu kepo dan dipusingkan dengan ketidaktahuannya. “Kita memang tak perlu harus tahu segala hal bukan?”. Kita tak perlu dan tak akan pernah bisa mengungkap banyak hal, karena itu akan ada yang selalu tersembunyi dan rahasia.
Tetapi apapun yang kita sembunyikan dari orang lain, sebenarnya dirinya sendiri mungkin tahu dan ada malaikat pengawas yang juga mencatat secara detil apa yang terjadi. Tak ada yang tersembunyi dan rahasia lagi. Lagi pula Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa saja yang disembunyikan itu. Allah tahu, walau berjalannya seekor semut kecil yang hitam di atas batu hitam di tengah hutan gelap di tengah malam.
Mana ada rahasia di langit dan di bumi yang luput dariNya. Setiap saat Dia mengawasi dan mengetahui apa yang tersimpan di dalam hati sekalipun. “Bagaimana lagi kita akan sembunyi?”. Tidak mudah menyadari bahwa kita diawasi, walaupun dengan ilmu dan yakin akan keberadaan Tuhan yang mengawasi kita. Mungkin kita sering lalai dengan diri sendiri, alih-alih menyadari dengan kesadaran tertinggi kita tentang Tuhan yang selalu Ada, kita sendiri sering tak dapat mengontrol pikiran dan perasaan serta tindakan kita sendiri. Jangan-jangan yang masih tersembunyi dan penuh rahasia itu adalah diri kita sendiri.
Misteri manusia dan kesadaran diri
Manusia memang penuh misteri, termasuk dirinya sendiri belum mampu menyadari misteri apa yang ada dalam pikirannya, perasaannya, dan tindakannya dengan baik. Karena tak memahami maka sangat mungkin juga tak menyadari dan sulit mengendalikan tindakannya dalam kesadaran penuh dan tanggung jawab. Barangkali karena itulah maka manusia lebih didominasi oleh alam ketidaksadaran dan bertindak secara reaktif serta impulsif terhadap situasi dan stimulasi lingkungannya. Bukan rahasia lagi, bila diri tak menguasai berbagai level kesadaran itu, maka ketidaksadaranlah yang mengendalikan diri kita.
Secara keilmuan, hal ini mudah dijelaskan, namun secara keahlian semua manusia berjibaku untuk melakukannya. dalam pandangan spiritual Islam, “diri” yang dikenal sebagai nafs memang berjibaku, berperang dengan dirinya sendiri. Di dalam diri manusia yang disebut “nafs” dalam khasanah Tasawuf Islam, juga ada diri lain, unsur yang bersumber dari dorongan-dorongan yaitu syahwat dan hawa nafsu yang mempengaruhi pikiran dan tindakan kita yang berlawanan dengan kesadaran ruhiyah yang dipandu oleh Tuhan.
Keyakinan pada Tuhan dan kesadaran diri yang terawasi.
Bila pengetahuan tentang Tuhan dapat diawali dengan pengetahuan tentang diri sendiri. Secara sederhana hal ini dapat dimengerti, sebab diri kita adalah objek hasil karya Tuhan, dimana “jejak”ciptaanNya mewujud didalam diri kita. Kaitan dengan ini, maka kesadaran akan kehadiran Tuhan, dapat dimulai dari melatih kesadaran terhadi “diri sendiri”. Merasa diawasi oleh Tuhan, dapat dilatih dengan menyadari dan mengawasi “diri” dimana ada kehendak tuhan yang terselip diantara gerak kemanusiaan kita. Bila diri mengandung unsur “ketuhanan”, maka melihat ke dalam diri, melatih menyadari kehendak Tuhan itu sendiri.
Dengan sifat Tuhan yang Maha Mengawasi, maka dalam konteks islam, mengawasi diri adalah menyadari bahwa Tuhan mengawasi kita. Memperhatikan, mengamati dan melihat dengan penuh perhatian memiliki makna yang sama dengan melakukan mindfulness. Mindfulness semisal dengan Muroqobah dalam literatur tasawuf Islam.
Muroqobah sebagai istilah teknis spiritual, didefinisikan sebagai “pengetahuan konstan hamba dan keyakinan dalam pengawasan Tuhan terhadap keadaan lahiriah dan batin seseorang.” Artinya, seorang Muslim dalam keadaan muraqabah berada dalam kondisi pengetahuan yang terus menerus bahwa Allah sadar akan dia, lahir dan batin. Ini adalah keadaan kesadaran diri yang lengkap dalam hubungan seseorang dengan Allah di hati, pikiran, dan tubuh.
Inti dari muraqobah adalah bahwa Allah selalu mengawasi kita setiap saat dan, sebagai konsekuensinya, kita mengembangkan perhatian dan kepedulian yang lebih besar terhadap tindakan, pikiran, perasaan, dan keadaan batin kita sendiri. Seperti yang dikatakan Allah, “Ingatlah bahwa Tuhan tahu apa yang ada dalam jiwa Anda, jadi waspadalah terhadap-Nya.”
Dengan merasa terawasi maka sikap mental manusia akan mencapai suatu level yang disebut Ihsan didalam khasanah spiritual Islam. Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah Anda melihat-Nya, karena jika Anda tidak melihat-Nya, Dia pasti melihat Anda.” Dengan kata lain, keunggulan spiritual adalah menjadi sepenuhnya sadar dan penuh perhatian kepada Allah setiap saat — puncak iman .
Pengawasan yang membawa pada ketenangan
Sebagaimana tradisi mindfulness Budha Zein yang diadopsi Psikologi menjadi terapi, Muraqobah dapat disebut sebagai bentuk mindfulness dalam khasanah spiritual Islam. Ketiganya memiliki sebagian tujuan yang sama; ketenangan batin, pengendalian diri dengan mengawasi,-self monitoring-, terhadap pikiran, perasaan, dan ketubuhan yang berbuah pada terkendalinya tindakan. Kesadaran diri yang didasarkan pada pengetahuan dan keimanan bahwa diri terawasi memberikan ketenangan yang sempurna, sebab Tuhan Maha Pengawas ini memiliki Kasih Sayang, Cinta dan Mengayomi makhluknya. Meskipun kita tahu, selain sifat KeadilanNya yang memungkinkan Dia menghukum, merendahkan manusia yang melanggar atau berbuat zalim atau dusta namun ampunan dan kasih sayangNya jauh lebih besar bagi kita hambaNya yang percaya pada anugrahNya.
Dengan anugrahNya inilah, kita mampu bersyukur menyaksikan hasil ciptaanNya. Diri sendiri yang penuh misteri, sebagian rahasia Tuhan yang ada di dalam diri kita.
##
November 2020 ini, saya akan berlatih untuk membuat jurnal, belajar mengambar dan filsafat. Mudah-mudahan menjadi suatu jalan untuk dapat mengungkap rahasia dan misteri diri lebih dalam. Semoga kesampaian dan dapat terus berbagi.