Kutitipkan Dirimu pada Sang Penjaga
#edisi curhat
“Tanyakan padaku apa yang kurasakan?”, biasanya pertanyaan itu aku ajukan pada klien dihadapanku. “Aku tak tahu apa rasanya,” begitulah biasanya jawabannya. Jawaban yang sama bagiku saat ini. Terlalu rumit dan atau mungkin sudah bercampur aduk seperti gado-gado. Gado-gado sih enak, apalagi terus makan es campur komplit dengan topping eskrim. Soal rasa yang bercampur, kuharus memilahnya satu-satu agar lebih jelas bagaimana caraku menghadapinya. Mungkin aku sedikit gamang, sedih, takut, khawatir, penuh harap, atau entah apa lagi yang belum terungkap ditumpukan kesadaranku yang dibungkus logika, doa, keyakinan dan dukungan orang-orang yang kucintai.
Empat tahun lalu Anakku pergi ke Amerika, untuk exchange selama satu tahun selagi usianya belum genap 17 tahun. Keberanian dan tekadnya pula yang membuatku merasa dukungan yang kuberikan tak kan sia-sia. Dukungan orang tua, dan sistem yang membantuku memberiku ruang untuk menguatkan kepercayaan diriku bahwa ia akan dapat melewati fase di zona perangnya nanti. Bagaimanapun, jarak dan keterbatasan bahasaku membuatku terhambat untuk bisa bercengkrama dengan keluarga asuhnya. Secara praktis, aku mengandalkan informasi dari anakku, bagaimana ia mampu beradaptasi dan menghadapi setiap kesulitan yang datang. Masa itu telah berlalu dan tekanan situasinya seakan kembali hadir.
Hari ini kami mempersiapkan barang yang akan dibawa sebagai bagasi terbatas 25 kg saja plus 7 kg cabin yang berisi barang personal di perjalanan. Aku tak boleh ikut terlibat, hanya mengawasinya saja, tetapi terus memastikan apa yang dia perlukan, selagi masih bisa kubantu. Baju, jaket, sweater, kerudung, kaos kaki, handuk, sepatu, masker, vitamin, dan lain-lain. Besok, aku dan ayahnya akan mengantarnya hanya sampai bandara. Hiks, rasanya ada kesedihan melepas dan ditinggalkan anak semata wayang kami.
Bulan januari adalah bulan dia dilahirkan, jadi 10 hari kemudian setelah dia tiba, dia akan ulang tahun ke 21, lagi-lagi di luar negeri. Sebenarnya, sejak usianya remaja sudah tak pernah lagi menuntut merayakan ulang tahun, hanya saja momen saat ini begitu terasa berbeda. Lagi pula kenapa selalu tepat pada angka yang cukup penting, 17 tahun dan 21 tahun. Akhir masa remaja dan awal dewasa muda. Kali ini, Anakku akan pergi lagi untuk studi ke Perancis, tepat puncak musim dingin selama satu semester untuk mendalami studi politik dan ekonomi internasional. Minatnya pada dunia yang lebih luas, beragam dan memberinya tantangan begitu kuat, sejak dia mulai belajar bahasa asing di usia remaja.
Jauh sekali dengan nyaliku dan juga kemampuanku terutama dalam hal menyerap bahasa asing. Anakku memiliki sesuatu yang lebih baik dan peluang lebih luas untuk menggenggam “dunia”. Memang bagiku, pendidikan bagi generasi berikutnya harus menghasilkan anak-anak yang memiliki wawasan, kompetensi dan akhirnya kualitas generasi yang lebih baik dari orang tuanya. Tantangan mereka jauh lebih rumit, lebih sulit dan mungkin lebih kompetitif, lebih cepat, perkembangan duniapun lebih pesat. Terkadang aku bahkan tak paham bagaimana generasi ini akan menghadapi jamannya kelak. Tetapi toh akupun sering mendengar betapa orang tuaku dulu selalu gamang dan khawatir tentang pendidikan kami anak-anaknya.
Terjawab sudah, mengapa aku takut, gamang, sedih itu. Aku sangat waras sebagai orang tua yang menyayangi dan memiliki tanggung jawab pada anakku. Bila saja tak diimbangi dengan logika dan strategi dalam merencanakan serta ikhtiar dalam bentuk doa dan dukungan orang-orang signifikan dalam hidupku, tentu akupun semakin gamang dan tidak dapat menghadapinya dengan ajeg. Kuserahkan diriku, keluargaku, hartaku, anakku, dan segala hal yang berkaitan denganku baik kusadari atau tidak kepada Zat yang telah menciptakannya. Kumohon berikan kami hati yang tenang yang senantiasa yakin akan pertolongan dan kasih sayangMu wahai Rabb Pemelihara Alam semesta. Tampaknya tiada lagi yang perlu kutakutkan, selama kasih sayang Allah melingkupi kita semua. Terkadang sulit bagiku untuk menangis dihadapannya, mungkin aku akan tetap senyum melambaikan tangan dan mengecup ubun-ubunnya.
Kulepaskan engkau anakku, dengan menitipkan semuanya pada pengawasan Sang Pemilik jiwa ini. Pergilah Nak, bumi Allah itu sangat luas, berjihadlah dengan belajar dan menjalani hidupmu dengan baik, jaga hatimu tuk selalu terkait dengan Allah dimanapun kau berada. Niscaya dia akan menjagamu, dan menyertaimu dalan senang dan sulit. Selalu akan ada pertolongan bagimu dimana dan kapan saja, dengan memanggil NamaNya. Kutitipkan dirimu pada Sang Penjaga. Tuhan Semesta Alam yang tidak pernah tidur ataupun mengantuk, Dia selalu sibuk mengatur dan mengawasi, juga memberi rizki dan menebarkan kasih sayangnya pada makhluk ciptaanNya, Dialah yang Sang Raja, Penguasa langit dan bumi.
Bandung, 5 Januari 2021
Note: Foto hanya model nyomot dari unflash