Kebutuhan vs Keinginan
Seringkali sulit membedakan kebutuhan dan keinginan. Terdapat mekanisme emosi yang mendasari dan menggerakan suatu tindakan untuk memenuhinya.
Seseorang wajar merasa sangat marah pada temannya, karena pelecehan yang dilakukan terhadap dirinya. Namun ia belum tentu menunjukkan kemarahannya tersebut. Bisa saja ia juga tidak marah dan menanggapi pelecehan tersebut dengan berkata tegas terhadap temannya tersebut. Namun seseorang yang terbiasa dihukum bila ia menunjukkan ekspresi marah, saat kejadian pelecehan, sangat mungkin ia tidak dapat membela dirinya dalam bentuk pembalasan tetapi dorongan emosi dalam dirinya masih menuntut untuk dipenuhi sehingga teralihkan pada bentuk emosi lain seperti menangis dan tindakan mogok.
Perasaan kita adalah sistem panduan bawaan alam. Sistem ini dirancang untuk memberi tahu kebutuhan mana yang tidak terpenuhi dan memotivasi untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk memenuhinya. Pada tulisan sebelumnya tentang Mengenal bahasa emosi, emosi memiliki warna dan ekspresi berbeda-beda.
Dalam pandangan Calvid D Bayan (2003) emosi itu bertingkat 3, yaitu terdiri dari 8 emosi primer, satu emosi sekunder dan satu emosi tersier. Tingkat primer terdapat 8 macam emosi meliputi : Bosan, marah, merasa bersalah, sedih, kesepian, stress, dan takut. Beberapa varian dari emosi ini merupakan rentang dari skala emosi primer, namun tidak memberikan informasi yang berbeda dari jenis emosi itu sendiri.
Respon emosi dipelajari, seseorang mungkin tumbuh di lingkungan yang tidak terbiasa mengekspresikan emosi sedih secara nyata sehingga tidak mengijinkan dirinya untuk mengekspresikan rasa sedih ataupun tidak peka pada ekspresi sedih orang lain. Suatu tanda dari kemarahan juga cenderung mendapatkan hukuman. Sehingga kita belajar dari situasi itu untuk mengabaikan tanda emosi dan mengalihkannya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman tersebut. Pengalihan emosi yang tidak tepat sering membawa masalah baru, mulai dari perubahan emosi, atau tindakan maladaptif seperti perilaku adiksi dan gangguan psikologis serius.
Emosi terkait dengan kebutuhan spesifik, keinginan dan hasrat. Kebutuhan sifatnya primer, contohnya. Ketika lapar, makanan apapun tidak masalah. Pemenuhan kebutuhan biologis makan dapat menghilangkan rasa tidak nyaman di perut. Sedangkan keinginan meliputi standar pemenuhan, contoh makan nasi padang, nasi gudeg atau yang lainnya. Kebutuhan untuk dihargai dan diperlakukan secara adil dilindungi oleh emosi marah, namun sebagian orang kesulitan menyampaikan pesannya secara asertif. Seringkali pembalasan atas rasa ketidakadilan muncul dalam bentuk perilaku melawan. Hanya saja bila ekspresi marah dilakukan dengan merusak, memukul, membentak atau menyerang tidak sesuai dengan stimulusnya, maka kemarahan seringkali digeneralisir menjadi tindakan yang tidak dapat diterima oleh norma, sementara tindakan pembelaan diri yang tepat tidak pernah diajarkan.
Kebutuhan emosi dapat di rinci sebagai berikut :
1. Bosan, suatu tanda akan kebutuha n untuk mendapatkan tantangan.
2. Marah, adanya kebutuhan pada rasa adil pada diri sendiri dan orang lain.
3. Rasa bersalah, kebutuhan memberi rasa adil pada orang lain.
4. Sedih, membutuhkan nilai pada sesuatu atau orang.
5. Kesepian, kebutuhan akan relasi yang bermakna
6. Inadequat, kebutuhan untuk merasa baik ( good enough)
7. Stress, kebutuhan untuk berhasil mengelola hidup
8. Takut, kebutuhan untuk merasa aman.
9. Frustrasi, kebutuhan menemukan keberhasilan atas upaya sendiri.
10. Depresi, kebutuhan untuk menemukan cara efektif dan memiliki harapan.
Memahami emosi dan memberikan respon yang tepat akan membuat hidup lebih bahagia, merasa percaya diri dan aman. Sebaliknya pengabaikan emosi atau pengalihan kebutuhan emosi yang tampak sesaat menimbulkan masalah baru bagi kesehatan tubuh, seperti ketergantungan pada obat, makan berlebih, mabuk, bekerja berlebih, dll.
Ketika emosi primer tidak difahami dan di alihkan terjadi proses ‘distraction”, yaitu suatu situasi yang terjadi tatkala perhatian diarahkan pada sesuatu yang lain dari kebutuhan emosi itu sendiri.
Saat emosi primer tidak terpenuhi kebutuhannya dengan tepat, kemudian terjadi pengalihan, dapat memunculkan emosi sekunder yaitu rasa frustrasi, bila ini berulang, maka akan muncul emosi tersier yaitu depresi.
Untuk memahami mekanisme ini, perlu mengingat kembali level dan proses kesadaran yang terjadi pada manusian. Dinamika kesadaran manusia meliputi 3 level kesadaran, sebagai berikut :
1. Conscious mind mampu menganalisa dengan baik dan bersifat logis bila diberikan cukup informasi dan latihan, kita menyebutnya menjadi rasional.
2. Subconscious berisi database informasi pengalaman dan belief dan secara umum di gerakan oleh respon emosi yang mengacu pada pengalaman masa lalu dan harapan di masa yang akan datang.
3. Unconscious mind tidak berarti tidak disadari, ia menjaga badan kita tetap bekerja dan merespon dunia luar. Mengelola fungsi badan otonom seperti bernafas dan secara umum mengelola seluruh organ. Ini juga merupakan bagian dari mengubah emosi umum dalam subconscious mind kepada perasaan.
Bagi Bayan, emosi itu motivasi murni, semacam tekanan psikologis untuk bertindak. Bila kita me-supprese, menekan secara sadar, emosi, maka kita telah menekan motivasi, tekanan di dalam diri sendiri. Misalnya ketika merasa stress menghadapi tugas di kantor. Lalu mogok melakukan apapun, tingkah laku mogok merupakan prilaku anak-anak yang tidak tahu apa yang harus di lakukan dalam situasi tertekan, prilaku mogok tidak memenuhi kebutuhan emosional primer, hanya mengalihkan saja.
Perasaan buruk memberikan sinyal bahwa ada kebutuhan yang tak terpenuhi, ini memberikan suatu tanda untuk mengambil tindakan yang penting untuk memenuhi kebutuhan. Tindakan untuk memuaskan kebutuhan bukan hanya menghilangkan penyebab masalah, namun hal ini juga dapat menghindarkan dari efek samping dari pengalihan seperti pada kasus kelebihan berat badan dan ketergantungan alkohol.
Emotional eating terjadi ketika seseorang makan sebagai respon terhadap perasaan bosan, cemas, frustrasi atau depresi- daripada respon yang tepat terhadap kebutuhan rasa lapar.
Untuk mengetahuinya, apakah yang kita lakukan merupakan kebutuhan emosi dasar atu sekunder, dapat di cek dengan pertanyaan untuk mengecek siklus kebutuhan emosi, misal
1. Seberapa banyak perlu makan sehingga mendapatkan kepuasan akan kebutuhan makan tersebut?.
2. Seberapa banyak harus bekerja sehingga terpenuhi kepuasan dalam memenuhi kebutuhan hidup?
3. Dll
Tentu saja pertanyaan tersebut tidak masuk akal. Karena tindakan tidak selalu ada hubungannya dengan kebutuhan. Seringkali apa yang dilakukan tidak ada hubungannya dengan kebutuhan dasar emosi tersebut, karena sudah terjadi pengalihan atau ketidaksinkronan antara tindakan dan kebutuhan. Pemahaman tentang ini, dapat menjelaskan fenomena gangguan makan seperti pada orang yang makan terlampau banyak, tetapi dimuntahkan kembali, atau makan saat stress menghadapi pekerjaan, makan hanya menu tertentu saja, dll.
Apakah Anda merespon emosi dasar dengan akurat? atau berusaha mengalihkannya?
bersambung