High risk, belajar tangguh bersama PT Total Bangun Persada Tbk
Apakah anda merasa nyaman berada pada zona ketakutan? ataukah justru ketakutan itu yang membawa anda pada zona belajar dan bertumbuh semakin tangguh?
Salah satu hikmah dari pandemi ini, saya belajar menyampaikan seminar melalui webinar. sesuatu yang sebelumnya saya rasa tidak terlalu menarik dan tidak saya perlukan hingga situasi darurat ini memaksa kita semua mengalami phisical distancing. Sebagai psikolog, kami memerlukan sesi tatap muka, dan melihat respon lawan bicara secara langsung dan menerima relasi timbal balik dalam suatu relasi yang melibatkan sebanyak mungkin area sensorik. Terlebih lagi diketahui bahwa bahasa tubuh menyumbang 55% dari pesan komunikasi kita, sedangkan kata-kata verbal hanyalah 7 % saja, selebihnya meliputi nada bicara. Bahasa nonverbal itu meliputi ekspresi muka, tatapan, gestur tubuh, penampilan bahkan sentuhan. Bayangkan bila kita hanya menerima pesan balasan melalui teks tulisan dari papan komunikasi publik secara online. Bagaimanapun, ada resiko besar dalam komunikasi yang tak bisa dipastikan bahwa pesan ini dapat di terima sebagaimana adanya.
Kesulitan dalam membangun “rasa hadir” bersama dengan orang lain, mulai nyata teralami setiap kali melakukan kegiatan konsultasi psikologi yang dilakukan secara online. Sebagai salah satu dari tim satgas psikologi untuk covid-19, kami mendapatkan tantangan untuk menerima dan memberikan layanan umum psikologi bagi masyarakat indonesia dari ujung barat dan timur namun hanya dapat dilakukan dalam bentuk telepon atau bahkan mengandalkan chat di medsos (WA). Maka ekspresi, nada suara nyaris sulit kita rekam secara akurat, sehingga komunikasi untuk menerima pesan secara timbal balik menjadi sangat terbatas. Belum lagi bila masalah ini juga terkait dengan jaringan internet dan keterbatasan quota. Maka webinar yang dapat menghadirkan sosok tampilan visual sekaligus audio dari lawan bicara menjadi begitu berharga.
Dari webinar satu hari sebelumnya, bersama guru saya Ibu Rismiyati E Koesma, kami lebih familiar dengan memanggil beliau sebagai Ceu Teti, adalah seorang psikolog yang sudah berpengalaman lebh dari 35 tahun sebagai psikolog klinis. Pembelajaran penting kita adalah tentang konseling psikologi di era new normal, salah satunya adalah betapa kompetensi konselorpun mulai ditantang untuk beradaptasi dengan model komunikasi ini. Sehingga sangat perlu untuk belajar hal-hal lain selain teknis komunikasi dan teknologinya, tetapi bagaimana dalam situasi yang minim, kita mampu menangkap micro expression dari lawan bicara kita. Lain kali saya ingin mencari tahu lebih detil dan menuliskannya sebagai pembelajaran baru bagi kita.
Kembali bicara tentang kondisi minim dan resiko terputusnya relasi sosial ini, akibat pembatasan fisik, maka komunikasi webinar menjadi pola kebiasaan yang nyaris menjadi aktivitas sehari-hari kita saat ini. Pola ini memaksa kita semua untuk belajar hal-hal baru untuk mampu menjalin komunikasi dan tetap terhubung secara psikososial. Pada tema penyesuian baru pasca pandemi yang saya bahas dalam webinar, bisa jadi seorang konselor atau pemberi materi seperti sayapun mengalami perasaan tertekan atau ketegangan secara fisik ataupun mental yang kita kenal sebagai stress. Stress dapat diakibatkan dari pikiran negatif, perasaan tak berdaya dari diri kita sendiri mapun dari situasi lingkungan yang tak mampu diatasi dengan baik karena melewati ambang batas kemampuan kita untuk mengatasinya. Simptom atau tanda-tandanya dapat kita kenali dari respon fisiologis tubuh kita, seperti detak jantung, ketegangan otot, produksi keringat, dll. Stress juga menyertakan suasana perasaan yang negatif seperti cemas, takut, marah, sulit konsentrasi dll. Maka ketika kita mengalami stress, tindakan kita seringkali tidak akurat dan menunjukkan perilaku otomatis sebagai respon kedaruratan seperti agresif, menghindari masalah atau justru kehilangan rasa dan minat pada lingkungan. Sebuah cara berkomunikasinya melalui webinar sendiri dapat menjadi sumber stress sehingga konselor perlu belajar untuk melampaui tugas teknisnya ini dengan cara-cara yang adaptif.
Kata risiko dalam judul tulisan ini saya pilih, menggambarkan betapa kita perlu belajar sesuatu yang benar-benar masih sulit bagi sebagian besar orang. Salah satu gambaran yang dapat saya rasakan adalah bahwa ketika dalam webinar, terutama kali ini, saya berbicara di hadapan lebih dari 120 inisial nama orang tanpa wajah dan suara. Maka yang diperlukan hanyalah kemampuan imaginasi tentang audience yang melihat secara sepihak pada seseorang yang asing dan belum sempat berkenalan secara personal dengan mereka. Mereka yang tiada lain adalah tim manajemen, para enginer, dan tim perusahaan dari berbagai keahlian lainnya yang tergabung dalam perusahaan besar PT Total Bangun Persada. Mereka memang terbiasa dengan tugas dan proyek penuh resiko, sehingga saya bersyukur bertemu dengan mereka yang luar biasa ini.
Para tukang insinyur teknik ini sangat cepat belajar, tertib, terencana, detil dan sistematis dalam menyiapkan acara, merencanakan skenario dan mengatasi hal-hal teknis dengan sangat handal dan sempurna. Sebagai praktisi psikodrama, saya mampu merefleksikan pola perilaku timbal balik, seperti teknik mirorring, dalam bentuk kesadaran yang terbangun sebagai rasa empati dan rasa ‘hadir bersama’ dengan orang yang kita ajak berbicara. Saya juga berusaha menemukan gelombang energi positif yang dikenal sebagai tele dalam psikodrama atau positif transference, agar kita akan selalu terhubung dengan cara yang mungkin dapat dijelaskan oleh konsep-konsep sains (logis) bahkan secara mistis (pengalaman dan penghayatan spiritual) meskipun kita hanya berkomunikasi dengan mengandalkan jaringan internet, teknologi satelit melalui tulisan di papan komunikasi publik online. Aktivitas yang terkesan soliloqui ini ternyata mampu menjangkau suatu ikatan sebuah Aksi Cinta Total yang mereka gelar. Saya percaya ada sebuah gelombang energi cinta yang tersambung dari satu hati ke hati lain dari seluruh manajemen, staf sampai para pekerja lapangan di perusahaan konstruksi yang memiliki visi menjadi perusahaan konstruksi terpandang di Asia Tenggara ini.
Resiko adalah hal biasa dalam perusahaan konstruksi, sebab membangun gedung tinggi memerlukan presisi, perhitungan ketat keamanan, ketelitian dan disiplin dalam menerapkan prosedur. Belajar menjadi tangguh, seperti gedung-gedung raksasa yang mereka bangun, memberikan suatu optimisme baru bagi kita untuk bangkit dan melihat sisi gelas setengah penuh alih-alih gelas setengah kosong, sebuah semangat ditengah pandemi untuk tetap sigap membangun negeri ini. Kita semua memang sedang menghadapi sebuah resiko, tapi sejarah membuktikan kita mampu mengatasinya satu demi satu.
Setiap orang senantiasa menerima tantangan baru dalam hidupnya, sebuah resiko yang menempatkan diri kita berada dalam zona tidak aman dan merasakan ketakutan, kecemasan dibawah tekanan lingkungan ataupun pikiran dan perasaan yang negatif.
Zona nyaman kita adalah pekerjaan yang berjalan secara rutin, jadwal dilakukan dengan tertib dan semua aktivitas berjalan lancar sesuai dengan rencana. Dalam tuntutan pekerjaan sesungguhnya, seringkali stress dan zona tidak aman justru diciptakan sebagai sebuah tantangan baru untuk menghasilkan karya dan prestasi yang lebih baik dari capaian sebelumnya. Prestasi adalah tentang memenangkan sebuah kompetisi atau melampaui record, catatan prestasi sebelumnya. Stress kerja dalam konteks ini adalah upaya memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman dan mengambil resiko untuk merasakan ketakutan, kecemasan dalam menempuh atau membuktikan kemampuan diri sendiri yang lebih tinggi.
Meskipun minim interaksi, teknik untuk mengatasi kecemasan atau tindakan kedaruratan saat stress saya tawarkan dalam bentuk melatih menemukan safe place, mengelola napas dalam dan menepuk dada melalui teknik buterfy hug. Hanya dengan emosi yang positif dan terkendali, maka kemampuan berpikir kritis, daya abstraksi, kesigapan menemukan penyelesaian masalah yang kita miliki dapat berfungsi dengan baik. Sehingga pada akhirnya pola perilaku kita berubah dalam bentuk tindakan yang lebih adaptif sesuai konteks kebutuhan lingkungan. seringkali stress yang terlalu berat proses perubahan pola berpikir tidak dengan mudah dapat dilakukan. memutus mata rantai lingkaran syetan berpikir dan bersasa dengan cara negatif kadang hanya dapat dilakukan dengan bantuan terapis psikolog klinis dengan teknik cognitive behavioral. Proses terapi adalah proses belajar yang lebih mendalam pada level perubahan prilaku bahkan mungkin membentuk belief system yang baru.
Zona belajar, memang hanya dapat terjadi dalam situasi baru, tantangan baru, pola pikir baru yang memaksa seseorang untuk menemukan kualitas diri dan kreativitas. Zona pandemik adalah situasi yang mungkin awalnya menakutkan, menimbulkan stress bahkan depresi bagi orang yang tidak siap untuk belajar dan berubah. Situasi ini memaksa setiap orang untuk berubah dan belajar hal baru. Tidak ada orang yang nyaman dalam situasi ini, meskipun kita sebenarnya dapat belajar dari sejarah masa lalu pada konteks yang mirip seperti pandemi yang terjadi pada 1 abad sebelumnya. Hanya saja, mengandalkan pada kisah saja tidak mencukupi, kita perlu membentuk pola berpikir dan prilaku yang baru bahkan mengevaluasi mengenai karakter, belief system dan mungkin tentang kualitas kemanusiaan kita sendiri.
Belajar pola baru memerlukan waktu untuk pembiasaan, timbal balik dari lingkungan secara positif ataupun memahami konsekwensi yang mendukung pada pembentukan prilaku baru tersebut. Prosedur baru dalam aktivitas sosial selama phisical distancing misalnya, tidak cukup dengan mengetahui apa yang perlu dilakukan, dan apa yang perlu dihindarkan, tetapi juga sementara perlu dibentuk dari daya paksa aturan dan kebijakan pihak otoritas untuk tercipta sistem yang lebih adaptif. Daya paksa ini perlu dilanjutkan dengan menginternalisasi nilai, norma, pola prilaku dalam disiplin diri dan sikap mental yang positif bagi setiap orang, sehingga manfaat perubahan dapat dirasakan oleh masing-masing sebagai sebuah pertumbuhan pribadi yang unik dan tercerahkan.
Proses ini adalah peluang bertumbuh dan berubah karena lingkungan memberikan kebebasan bagi manusia melampaui lingkungannya. Manusia dapat berjarak dari situasi objektif dan masalahnya. Meskipun memerlukan waktu dan tidak semua orang bersedia melalui fase pertumbuhan pribadi sampai pada tingkat pemaknaan yang positif dan kesadaran spiritual dari kejadian buruk dan menyakitkan. Namun belajar dari pengalaman hidup manusia lain pula, kita dapat melihat pertumbuhan pribadi manusia tanpa batas, kecuali selalu ada langit diatas langit. Bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki karakter yang positif dan menjadi kekuaan penyelamat dalam situasi yang terburuk sekalipun. Seperti kekuatan cinta yang menyatukan rasa peduli pada sesama, untuk senantiasa bekerja sama dan bersikap belas kasih dan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk berubah, serta bertumbuh dan menjadi lebih bahagia.
Belajar dari aksi cinta total, memang semisal dengan gerakan aksi cepat tanggap darurat yang sigap menghadapi situasi penuh resiko dari keluarga besar PT Total Bangun Persada. Sebuah aksi yang patut ditiru dan menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua. Tentang bagaimana konstruksi bangunan karakter manusia tidak akan runtuh walaupun diterjang wabah covid-19, bila kita yakin dan berani mengambil resiko mempertaruhkan kemampuan terbaik manusia untuk selalu bertumbuh dan berubah menghadapi tantangan jaman.
Bayangkan tentang sebuah konstruksi bangunan yang tinggi dan beresiko tinggi. Kita akan mengapresiasi dan mengharapkan suatu keadaan terkendali, nyaman dan aman. Namun kita tak akan mendapatkan hal tersebut bila gedung itu tidak dibangun oleh desain, prosedur dan disiplin dari para arsitek, insinyur dan pekerja teknik dari tingkat manajemen sampai level pekerja paling sederhana. Kondisi stress dalam proses pembangunan, tentunya dipandu oleh suatu standar operasional kerja dalam kendali yang ketat, disiplin dan presisi tetapi masuk akal sehingga tingkat stress dapat ditoleransi dan menjadi daya dorong untuk berubah ke arah kinerja positif dan prestatif. Sama dengan proses belajar pembiasaan prilaku baru, pada awalnya tentu dipaksa dengan prosedur ketat dan memaksa masyarakat untuk berubah, namun hal itu tak boleh melampaui ambang batas stress yang dapat diterima dan tak menghilangkan kemampuan kritis kita sebagai manusia yang mampu memberikan evaluasi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang makin cerdas.
Situasi baru, berarti belajar dari kisah sukses sebelumnya, tak berhenti berkreasi mengatasi masalah untuk bersikap cerdas dan berkarakter. Dalam situasi pandemi ini, barangkali proses belajar untuk lebih arif sebagai manusia dan menggunakan kebaikan alam untuk dapat berbagi dan saling mencintai. Covid-19 juga adalah makhluk yang memerlukan habitat untuk berkembang, namun dia yang telah menimbulkan kepanikan kita juga mengajarkan tentang banyak hal seperti harmoni dengan sesama manusia, menghargai kehidupan dengan pola kebersihan dan prosedur keselamatan yang utama bagi semua orang. Menghargai alam adalah tentang gagasan eksplorasi vs eksploitasi alam oleh kepentingan manusia untuk ditimbang dalam level kebutuhan vs keinginan untuk berkuasa. Berdamai dengan alam adalah tentang berdiri tegak selayaknya bangunan megah untuk tempat tinggal makhluk manusia pemimpin alam semesta ini dalam rangka menjalankan kepemimpinan dalam kepongahannya atau kerendah hatian.
Berkomunikasi dengan teknologi hanyalah cara, namun kepedulian dan ikatan harmoni sebagai manusia justru dapat lebih dikuatkan. Prosedur keselamatan, kesehatan dan keamanan bagi seluruh manusia menjadi perhatian utama dalam sebuah kontruksi gedung, maka hal yang sama berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari yang perlu kita juga wariskan pada generasi ke generasi.
Covid-19 sungguh sebuah makhluk tak kasat mata tapi mampu berkuasa untuk mengubah prilaku dan sikap mental kita. Saatnya belajar lebih tangguh dalam menghadapi resiko kehidupan dengan cara berdisiplin, menjadi pembelajar, kreatif dan inovatif. Dari tangan para tukang insinyur kita nanti, mungkin akan lahir produk inovatif mengatasi kegamangan jarak fisik dalam lingkungan sosial yang hiruk pikuk, tentang tata ruang baru yang memberikan keamanan bagi kontak fisik dan berelasi sosial, tentang fasilitas publik yang lebih sehat dan mampu menjaga kehormatan dan keselamatan rakyat indonesia yang ramah dan komunal ini. Dan tentang konstruksi karakter yang dapat kita bentuk melalui tatanan lingkungan yang lebih ramah bagi makhluk lain dan alam semesta.
Apakah anda siap masuk ke dalam zona belajar dan bertumbuh bersama?
Bandung, 20 Juni 2020