France is My Dreams
#edisicurhat
“Nak, ibumu bukan manusia yang sempurna, tapi selalu saja rempong ingin memastikan semuanya”. Tuhanmulah yang Maha Pengatur dan memberimu segala kemudahan, sehingga lancar sudah urusanmu. “Europe is my dream,” teriakmu, kubaca itu dari tulisanmu di chat whatsupp dan sorot matamu yang berbinar. Semoga perjalananmu indah dan memberimu inspirasi hidup yang berharga untuk masa depanmu kelak.
Ibumu hanyalah perempuan sederhana yang takut keluar rumah saat hari mulai gelap. Tapi kamu berani melangkah ribuan kilometer dari rumah saat gelap dan semua orang sedang asyik terlelap. Pesawat itu take off jam 00.15, mungkin langit sedang indah sekali ditemani kerlip bintang yang menatapmu dengan senyuman. Ibu selalu menatap bintang saat malam, tapi hanya menengoknya di jendela dengan sedikit takut dibelakang gorden. Tapi dirimu berani menyibak stigma perempuan berani pergi sendirian. Walau ibu yakin dihatimu penuh dengan keyakinan dan keimanan yang menyertai langkahmu itu. Ibu hanya membungkusmu dengan doa dan keridhoan, karena berharap Tuhanmupun akan ridho dengan jihadmu menempuh ujian kehidupan.
“Belajar dan mencari ilmu walaupun sampai di sebrang lautan, Anaku”. Sesuatu yang sempat ibu impikan, hanya saja tidak pernah berani untuk meraihnya. Sama seperti ketika menatap bintang yang tampak dikejauhan. Terasa bagai punguk merindukan bulan. Baru setelah usia setengah abad ibumu menyadari bahwa bumi ini amatnya kecil seperti setitik air berenang di lautan. Mengelilingi dunia bukanlah hal mustahil, kelak kaulah yang akan melakukannya.
Bumi ini hanyalah setitik debu di angkasa. Perjalananmu yang panjang itu mungkin tak seberapa saat kau menari dan tertawa riang menikmatinya. Sama seperti ketika saat kau belajar berjalan, kau tak kan terlalu peduli apapun yang menghadangmu. Walaupun ibumu selalu saja cemas, dan menjadi pengawas seolah takut kau jatuh atau terluka. Padahal Tuhanmulah yang Maha Penjaga, memberimu semangat dan kekuatan untuk selalu berhasil menghadapi tantangan.
“Nak, ibumu bukan perempuan pintar dan memiliki wawasan”, tapi selalu saja so tahu dan mengatur anaknya. Sekedar selalu ingin memastikan bahwa dirimu aman dan mampu menghadapi segala hal. Padahal Tuhanmulah yang memberikanmu pengetahuan dan mengajarimu jauh lebih cerdas dari orang-orang. Keutamaanmu selalu ibu harapkan melalui doa yang selalu akan ibu lantunkan, demikianlah telah tersemat dalam nama yang Ibu dan Ayah berikan.
Orang tuamu tak bisa mengajarkan lagi apa yang perlu kau kuasai. Kau lebih cepat kini untuk menyerap ilmu, baik dari buku ataupun pengalaman kehidupanmu. Tidak seperti ketika kau meminta ibumu mengeja setiap hurup yang ada di setiap halaman buku bergambar beruang. “Batain!”,rengekmu. Saatnya terpaksa ibu tega menyuruhmu membaca sendiri dan hanya kubekali kamus bahasa saja saat kau bingung dengan kata-kata asing. Dan kini kau bisa cas cis cus atau sang sing pong berbahasa asing dengan kawan.
Ibu dan Ayahmu tentu saja bangga padamu. Terlebih lagi rasa syukur dan sujud pada Tuhan Sang Maha Mengetahui semua hal. “Bersujudlah selalu kau padaNya, Nak”, hanya itu tugas kita saat menjadi manusia. Maka bersujudlah dimana saja kau berada, sebab tanah yang kau bijak dan bumi yang kau junjung semuanya milikNya.
Bandung, 8 January 2022