Bagaimana melakukan psikodrama?
#serungobrolpsikodrama
Kegiatan psikodrama, sebenarnya sangat sederhana namun prosesnya membutuhkan latihan dan kemampuan penguasaan terhadap “panggung” psikodrama. Sehingga seorang sutradara mampu memainkan perannya dengan baik melalui penggunaan berbagai teknik yang cukup beragam. Selain itu, diperlukan kemampuan untuk bertindak secara spontan dan kreatif. Menurut Moreno dua aspek itu (spontanitas dan kreatifitas) hanya dapat dilatih dengan menciptakan aktivitas warming up. Spontanitas dan kreatifitas dalam grup yang lagi-lagi dilakukan dengan teknis sosiometri, yang sebenarnya sederhana, perlu dilakukan oleh orang yang terlatih.
Kegiatan Psikodrama terdiri dari tiga aktivitas utama, yaitu:
1. Warming up
2. Action
3. Refleksi
Warming up bertujuan untuk meningkatkan ikatan dalam grup dan mengembangkan kesediaan anggota untuk tujuan apa mereka terlibat dalam grup. Warming up atau pemanasan merupakan bagian dari proses grup ketika seseorang bersama dalam kelompok, bukan hanya secara fisik tetapi juga seluruh aliran energi psikisnya terkoneksi dengan grup psikodrama.
Action atau aksi psikodrama dalam seting grup dapat berbentuk aktivitas brainstorming, roleplay, interaksi anggota kelompok dan lain-lain yang menjadikan anggota grup terlibat dalam aktivitas psikodrama.
Refleksi atau sharing dalam psikodrama berfungsi untuk mengintegrasikan dan menutup psikodrama. Dalam proses psikodrama seringkali ada peran-peran yang harus dilepaskan, agar tidak melekat dalam diri individu secara emosional menjadi hambatan bagi dirinya. Refleksi juga mengintegrasikan seluruh pengalaman yang dirasakan anggota, sehingga mereka mendapatkan pelajaran dan mampu mengambil makna dari proses secara emosional menuju integrasi secara kognitif. Terkadang diperlukan dialog dengan seluruh anggota untuk membagi pengalaman personal menjadi milik grup, mendapatkan kesimpulan atau inti pelajaran selama proses psikodrama.
Bermain peran dalam aksi psikodrama
Teori peran merupakan dasar dari aksi psikodrama Moreno. Moreno melihat individu dan perkembangan sosial tidak dalam bentuk patologi seperti gurunya, Freud. Moreno melihat individu dalam kaitannya dengan peran yang dimainkan dalam suatu waktu tertentu. Menjadi penting untuk melakukan identifikasi terhadap peran untuk menyeimbangkan dalam kaitannya dengan posisi individu sebagai pribadi, atau peran personal dan juga perannya sebagai makhluk sosial. Seseorang juga memiliki peran psikodramatik yang menjadi dasar dari karakter yang dapat terbentuk dari bayangan, imaginasi, perkembangan pribadi dan mungkin hasil dari konflik dan stres dalam hidupnya.
Ketika seseorang memutuskan mengambil peran tertentu, maka peran tersebut tidak pernah lepas dari konteksnya. Misalnya perannya sebagai mahasiswa, tentu terkait dengan tugasnya secara akademik dan relasinya dengan dosen dan mahasiswa lain dalam institusi kampus. Seorang lantas memainkan perannya tersebut dengan tingkat kebebasannya dalam bersikap dan berperilaku. Setiap mahasiswa memiliki peran yang relatif sama, tetapi dapat melakukan perannya secara berbeda. Tingkat spontanitas dalam melakukan peran menjadi hal yang penting, ketika orang berperilaku dan membentuk peran-peran yang baru.
Bermain peran menjadi penting dalam teknik psikodrama, terutama ketika seseorang memainkan peran pengganti, melakukan teknik dobling, soliloqui atau mirorring. Untuk teknik ini akan dijelaskan dalam daftar istilah psikodrama. ..
Membentuk peran baru dalam aktivitas yang spontan di dalam psikodrama akan melatih perilaku baru yang tentu saja disertai pola berpikir yang baru, hal ini setara dengan aktivitas coaching atau psikoterapi. Bermain peran juga dengan mudah membawa nuansa emosi yang dalam dan mengantarkan seseorang pada pengalaman akan realitas yang berbeda, melampaui proses psikoterapi bicara dalam membangun kesehatan mental juga terfasilitasinya proses belajar yang terjadi secara dinamik dan multisetting.
Karena itu kegiatan aksi dalam psikodrama perlu dilakukan dengan kehati-hatian, dilakukan oleh sutradara yang terlatih dan bertanggung jawab. Hal mana situasi tertentu dalam menimbulkan re-traumatisasi pada individu atau kontaminasi pada grup terkait dengan isu kepercayaan atau resistensi.
Karena itu psikodrama perlu dilakukan dengan beberapa aturan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tidak boleh memaksa; aktivitas anggota grup dilakukan berdasarkan kesediaan peserta, tanpa paksaan, menipu, mempermalukan atau memanipulasi.
2. Mengenali tujuan kelompok. Beberapa teknik dobling, mirorring, role reversal dipilih berdasarkan suatu tujuan klinis dan tingkat kesaaran dan perkembangan psikologis anggota.
3. Tidak memaksakan hasil. Tujuan terapis adalah pertumbuhan dan kesehatan klien, tetapi tidak boleh memaksakan hasil akhir yang dikehendaki oleh sutradara.
4. Warm up, merupakan hal yang esensial sehingga kegiatan psikodrama dapat berlanjut pada proses aksi dan refleksi.
5. Sutradara perlu menguasai berbagai kompleks katarsis. Anggota grup dapat terdiri dari orang-orang yang memiliki pengalaman berbeda, termasuk konflik, trauma dan stress yang dapat menimbulkan respon emosional tertentu.
6. Survivor trauma yang membutuhkan penanganan dan perhatian secara khusus untuk memastikan keamanannya.
Anda dapat membaca tentang 10-aspek-yang-perlu-diketahui-tentang-psikodrama untuk memahami hal-hal penting sebelum praktek.
#disarikan dari buku Karen Canabucci, 2014
Bandung, Akhir September 2020