Iip Fariha
7 min readOct 19, 2020

AWASI KPK

Apa yang paling penting dalam ketidakpastian?

Photo by Online Marketing on Unsplash

Awal tahun 2020, kita dikejutkan dengan wabah virus yang mengganas di negeri tirai bambu. Lalu tirai itu terbuka dan meniupkan wabah ini ke seantero bumi, bukan kabar angin, tapi benar-benar berevolusi dan mengganas di negeri-negeri yang jauh dari sumber malapetaka ini. Dunia yang dulu mulai saling terbuka, perlahan saling menutup diri dan berjuang menjaga protokol kesehatan demi bangsa dan keselamatan rakyatnya.

Kita sempat melakukan penutupan diri pada level negara, kota sampai level rukun warga bahkan beberapa keluarga melakukan isolasi mandiri. Semua itu dilakukan, baik dengan penerimaan ataupun terpaksa, dimaksudkan untuk menjaga kesehatan bersama. Pembatasan ruang dan berjarak dianggap sebagai satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Sampai akhir tahun ini barangkali kita masih akan tetap harus belajar berperilaku yang baru. Virus ini mungkin sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari saat ini dan seterusnya, tetapi tidak boleh merusak kualitas kesehatan kita semua. Dalam situasi ini, kesehatan adalah nomor satu.

Di bulan juni, dalam forum seminar online bersama grup indonesia sehat bahagia, saya menjelaskan bahwa proses penyesuaian ini akan terus terjadi sebagai sebuah siklus; sebuah proses evaluasi, adaptasi dan antisipasi.

Kita sudah berusaha melakukan adaptasi dan berdamai dengan new normal, walaupun kemudian tindakan kita kemudian perlu dievaluasi ulang. Ternyata kita perlu beradaptasi berulang kali dalam situasi yang masih belum pasti, di sisi lain ada hal-hal yang tak ingin kita ubah, sedangkan kondisi pandemik tampak belum menunjukkan tanda perubahan ke arah yang kita harapkan. Dengan demikian proses adaptasi terus kita evaluasi dan melakukan antisipasi terhadap situasi baru yang membuat prilaku kita terus berubah lagi.

Sejak itu, saya mewacanakan untuk mengawasi KPK saja, tampaknya tiga hal ini akan terus menjadi isu utama dalam kehidupan kita sehari-hari. Kesehatan, Pendidikan dan Keuangan. Sebagai manusia, tentu kita tahu bahwa ada hal-hal yang kita yakini bahwa Tuhan mengatur segalanya. Apapun yang kita lakukan tak akan lepas dari takdirnya, dan usaha kita adalah bagian dari memilih takdir yang menjadi bagian dari area kesanggupan kita.

Kesehatan

Lebih baik mencegah daripada merawat yang sakit. Prinsif ini tampak terus relevan, terutama ketika gejala sakit belum ditemukan penangkalnya atau hanya dapat dilawan oleh daya tahan tubuh kita sendiri. Formulanya adalah “tidak boleh sakit”, bila memiliki penyakit kronis maka “jangan kambuh”. Maka sangat masuk akal, bila para pengambil kebijakan, berinisiatif untuk mengatur ruang publik, demi menghentikan penularan dan menyetop jumlah korban yang akan lebih merepotkan untuk dirawat di rumah sakit. Dengan tenaga medis yang terbatas, ruang perawatan, obat-obatan dan waktu yang sangat terbatas untuk melayani jumlah korban. Pola kebiasaan selama 8 bulan ini, diharapkan mulai menjadi budaya baru, Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Ada perubahan penting, yaitu perilaku saat kita keluar rumah, berinteraksi dengan orang lain dan terutama saat berada di ruang publik. Perubahan perilaku ini diikuti budaya baru. Satu set alat-alat kesehatan pribadi yang terdiri dari sanitizer, masker, sabun, tissue menjadi benda-benda yang wajib kita bawa. Fasilitas publikpun mulai berubah dengan menambahkan tempat cuci tangan umum di pintu masuk kantor, pasar, bank, klinik, dll. Kreativitas manusia bahkan membuka ruang bisnis tas yang dapat memuat benda-benda yang wajib dibawa tersebut, agar kita tak lupa, tidak gengsi dan tentu saja tidak repot mencarinya di dalam tumpukan barang-barang lain.

Isu kesehatan, memaksa kita juga untuk lebih memperhatikan kebersihan, menu makan, sumplemen, minuman berkhasiat dan berbagai zat yang dapat memboster kesehatan kita semua. Kondisi ini, bukan sekedar adaptasi, tetapi juga sebuah evaluasi penting dalam mengatur suplai makanan. Ada baiknya sejak saat ini, setiap orang memperhatikan apa yang masuk ke dalam mulutnya, mulai dari kehalalan, kebaikan, kebersihan dan kemanfaatannya bagi tubuh.

Bagi anak dan orang tua, akan sangat penting menjaga tetap sehat, sebab mereka tergolong pada usia yang kritis. Ruang gerak mereka serupa dengan orang-orang yang memiliki riwayat sakit kritis dan berpotensi menimbulkan komplikasi hebat bila tubuhnya terserang virus.

Hikmahnya, masyarakat akan lebih maju dengan memperhatikan generasi mudanya, anak-anak yang berhak untuk tumbuh secara baik, dan memperhatikan masa tua orang tuanya selain menjaga warganya yang sakit. Walau terlihat menakutkan saat pandemi, namun sikap ini semoga menjadi karakter baru yang membentuk skema baru bagi generasi muda, atau pengampu aturan, yang saat ini menjadi pengendali negara.

Pola hidup sehat, bukan hanya dengan tubuh sehat dan tidak sakit, tetapi juga pola aktivitas yang seimbang antara fisik, mental dan relasinya dengan alam semesta. Tak mungkin kita dapat hidup sehat tanpa memperhatikan bagaimana kita menjaga alam, tanah, udara dan air. Dari tanahlah, tumbuh sayuran dan buah-buahan, dan rumput yang menjadi makanan ternak sumber protein kita, atau air dimana ikan hidup. Selain itu kita akan sehat bila tinggal di tempat dengan udara yang bersih yang kita hirup. Tentu lingkungan yang sehat itu kaya dengan oksigen, matahari dan sirkulasi udara yang baik. Bumi yang kita tinggali akan menjadi tempat yang indah dan nyaman untuk ditempati baik siang hari saat kita terjaga untuk bekerja atau saat malam, saat kita istirahat.

Dengan pembatasan ruang publik, kita memiliki ruang lebih leluasa dan kesempatan untuk mengatur ulang keseimbangan hidup, melalui interaksi yang lebih sehat baik dengan manusia maupun dengan makhluk lainnya.

Pendidikan

Pendidikan adalah garda terdepan suatu bangsa. Suatu masyarakat akan maju bila nilai-nilai kebaikan, kebenaran dan karakter positif diajarkan secara turun temurun dalam sistem pendidikan yang memahami konteks dan kebutuhan jamannya. Pendidikan merupakan gerbang untuk menjaga bangsa dari kerusakan atau keruntuhan. Selayaknya generasi yang paling baiklah yang dapat melanjutkan perjalanan sejarah. Kondisi darurat memaksa kita hanya mengambil apa yang paling penting dalam hidup.

Beradaptasi pada masa pandemik, memberi kesempatan pada kita untuk beradaptasi tentang cara dan teknologi pendidikan, termasuk didalamnya konten kurikulum yang patut kita perjuangan untuk kita ajarkan pada anak-anak. Baik orang tua juga guru, patut merenungkan kembali tentang apa yang perlu diajarkan dan dikuasai oleh anak-anak saat ini dan menghadapi masa depan yang sangat mungkin akan berubah. Bisa saja suatu materi pelajaran menjadi tidak relevan saat ini.

Gaya belajar, sudah menjadi wacana yang umum di sekolah, namun jaman sekarang, hal-hal teknis yang dulu dianggap menjadi salah satu kompetensi berubah menjadi syarat teknis untuk dapat terlibat dalam pendidikan. Misalnya, penggunaan gawai dan beberapa aplikasi atau teknologi informasi menjadi media untuk belajar. Kemampuan menggunakan media daring menjadi syarat mutlak untuk dapat berinteraksi dengan guru dan murid.

Makna sekolah bagi siswa menjadi sesuatu yang mungkin akan berubah pada generasi selanjutnya. Pola interaksi belajar dengan guru, metoda, kerja sama dengan teman menjadi isu yang berbeda saat kegiatan hanya dapat dilakukan secara online. Kebiasan belajar, pola tugas dan ukuran kompetensi yang diukur untuk melihat perkembangan capaian pengajaran akademik dapat berubah dan perlu dipikirkan saat ini. Minat siswa dan potensi lainnya yang tidak dapat tampil kecuali menciptakan ruang belajar dan panggung aksi yang baru.

Bagaimana dengan orang tua yang tidak pernah terlibat dalam pendidikan anaknya, atau bahkan mungkin tidak memjiliki impian dan visi untuk masa depan anak-anaknya?. Semoga saja, kembalinya anak-anak sekolah ke rumah, menjadi bahan renungan dan evaluasi kembali tentang visi pendidikan dan kepedulan semua pihak yang bertanggung jawab dalam regenerasi anak-anak bangsa. Makna berprestasi mungkin memiliki nilai standar moral yang lebih tinggi ketimbang capaian angka atau nilai akademiknya. Menjadi krusial bila orang tua justru menjadi penghambat pendidikan anak, saat anak-anak justru belajar di bawah pengawasan mereka langsung.

Semua orang perlu beradaptasi dan terus mengantisipasi hal-hal yang mungkin berubah paska pandemik. Ilmu, belajar, sekolah dan kompetensi merupakan hal-hal yang tak pernah habis-habisnya dibicarakan para ahli. Saat ini secara serempak, seluruh orang tua ikut ambil bagian untuk terlibat dalam proses adaptas, evaluasi dan mengantisipati apa yang akan dihadapi anak-anaknya dimasa berikutnya.

Keuangan

Kondisi yang paling berat saat kita terbatasi ruang dan waktu, adalah karena kita mengalami perlambatan atau bahkan berhenti bergerak serta terputus hubungan dengan lingkungan sosial. Hal yang paling relevan dalam kelangsungan hidup saat darurat adalah aspek ekonomi. Kegiatan transaksi ekonomi merupakan sumber kehidupan dalam masyarakat industri. Kita sudah belajar untuk saling membutuhkan baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun untuk menopang gaya hidup sosial. Pembatasan ruang telah memutus sesaat pola relasi yang telah terbentuk. Perlambatan ekonomi dan krisis tak terhindarkan, dan mungkin tidak pernah kita ketahui entah seluas apa pengaruhnya dan seberapa lama.

Pandemi memaksa kita untuk menilai kembali sumber-sumber ekonomi yang menjadi penopang hidup dasar. Pekerjaan apapun, mengalami proses penyesuaian baik dalam proses aktivitas maupun arahnya. Mungkin dokter dan tenaga medis menjadi profesi yang paling dicari sekaligus paling beresiko. Beberapa jenis pekerjaan teknis yang bekerja di lapangan memerlukan standar operasional yang berbeda atau mungkin malah dihilangkan karena tidak lagi diperlukan. Jenis bisnis kekinian dan produk menjadi penting untuk dipertimbangkan ulang. Bisa saja orang memilih membeli sabun dan masker daripada topi atau kue. Mungkin orang akan lebih tertarik pergi ke hutan, laut atau naik sepeda daripada ke mall, café atau bioskop.

Krisis ekonomi, memaksa kita untuk mempertimbangkan kembali gaya hidup dan pola mengatur keuangan. Ada banyak orang yang hidup sementara mengandalkan tabungan, atau menjadi super hemat. Sebagian orang mungkin malah lebih gencar berbagi dengan orang lain, sebagai jalan kebaikan hidup dengan tetap melakukan upaya untuk terus bangkit.

Ada beberapa hal-hal teknis yang menjadi fenomena baru dalam transaksi ekonomi. Seperti tidak mengeluarkan uang tunai dan memilih uang plastik saat transaksi. Membuka cabang pribadi bank dengan e-banking agar semua transaksi cukup dilakukan di rumah dan sebagainya.

“Sampai kapan kita akan mengawasi KPK?”. Mungkin selamanya, Evaluasi, adaptasi dan terus mengantisipasi situasi yang kita tidak pernah tahu akhir ceritanya. Tetapi kita memiliki harapan, bahwa semua ini akan berlalu juga atau kita mampu melaluinya dengan pola perilaku yang baru. Hal ini kita tahu, sebab pandemi dan krisis di dunia saat ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Manusia memiliki perangkat untuk beradaptasi dan berubah.

Bandung, 19 Oktober 2020

Iip Fariha
Iip Fariha

Written by Iip Fariha

Psikoterapis, marital konselor, praktisi psikodrama

No responses yet